REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) menjalin kerja sama strategis dengan Unilever Indonesia untuk mengatasi permasalahan kekurangan air di perkotaan melalui implementasi sistem pemanenan air hujan dan pengolahan air bekas wudhu.
Inisiatif inovatif ini telah berhasil diterapkan di tiga masjid di Jakarta dan sekitarnya. Tiga masjid yang menjadi pioner dalam penerapan teknologi ini adalah Masjid Arief Rahman Hakim Kampus UI Salemba, Masjid Ukhuwah Islamiyah Kampus UI Depok, dan Masjid Agung At-Tin.
Pemilihan masjid sebagai lokasi percontohan didasari oleh peran penting masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat.
Sistem pemanenan air hujan yang diterapkan terdiri dari beberapa komponen utama, termasuk area penangkapan air hujan pada atap bangunan, sistem distribusi melalui talang dan pipa, serta tangki penyimpanan yang dilengkapi dengan filter air.
Filter air yang digunakan berdasarkan kondisi air hujan di masing-masing Lokasi. Teknologi ini memungkinkan pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih untuk keperluan kegiatan di Masjid, termasuk berwudhu.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat SIL UI, Dr Hayati Sari Hasibuan, mengungkapkan temuan signifikan dari implementasi teknologi ini.
“Berdasarkan hasil observasi kami, penerapan teknologi pemanenan air hujan dapat menghemat kebutuhan air utama dari operasional masjid hingga 8 meter kubik per bulan selama musim hujan. Selain itu, air yang terkumpul juga dapat disimpan sebagai cadangan untuk digunakan saat musim kemarau tiba” ujar Hayati, Rabu (26/6/2024) dalam keterangannya.
Penghematan ini kata dia tidak hanya berdampak positif pada aspek lingkungan, tetapi juga pada efisiensi biaya operasional Masjid.
Selain pemanenan air hujan, pengabdian ini juga menerapkan sistem pengolahan air bekas wudhu yang inovatif.
Dia mengatakan, air bekas wudhu yang biasanya terbuang, kini dapat diolah menjadi air bersih yang dapat dimanfaatkan kembali. Proses pengolahannya melibatkan beberapa tahap, termasuk penyaringan awal untuk menghilangkan kotoran kasar, kemudian dilanjutkan dengan proses filtrasi dan proses lain secara otomatis.
Hasil pengolahan air bekas wudhu ini kemudian dapat digunakan untuk keperluan operasional masjid seperti menyiram tanaman dan membersihkan pekarangan.
“Sistem ini tidak hanya menghemat penggunaan air bersih, tetapi juga mengurangi limbah air yang dibuang ke lingkungan," ujar dia.
Pemanenan air hujan dan pengolahan air bekas wudhu perlu diimplementasikan di banyak masjid untuk mendukung kemandirian air, mengurangi beban drainase kota, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi air.
Masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga dapat berperan sebagai pusat edukasi lingkungan bagi Masyarakat.
Unilever Indonesia, melalui program keberlanjutannya, menyatakan komitmen penuh terhadap inisiatif ini. “Kolaborasi dengan SIL UI dalam proyek ini sejalan dengan misi kami untuk mendorong praktik berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat,” ujar perwakilan Unilever.
Keberhasilan implementasi sistem pemanenan air hujan dan pengelolaan air bekas wudhu di ketiga masjid tersebut diharapkan dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi lembaga lain dan bangunan publik di seluruh Indonesia.
Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk mengatasi masalah kekurangan air, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi air dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Dengan kolaborasi antara sektor swasta, akademisi, dan masyarakat, diharapkan solusi inovatif seperti ini dapat menjadi langkah konkret dalam mengatasi tantangan lingkungan dan sumber daya air di perkotaan Indonesia.