REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebanyakan buku tafsir klasik memuat kisah-kisah yang dikenal dengan istilah Israiliyat. Istilah tersebut meski dinisbatkan kepada Israil, julukan bagi Nabi Ya‘qub.
Ini merujuk kepada kisah yang bersumber dari orang-orang Yahudi, tetapi dalam perkembangannya Israiliyat lebih populer dikenal untuk setiap kisah atau dongeng masa lalu yang masuk ke dalam tafsir dan hadis, baik yang bersumber dari orang-orang Yahudi-Nasrani maupun lainnya.
Cerita- cerita itu semakin berkembang dengan banyaknya orang yang berprofesi sebagai al-qașșāșūn (pandai cerita) yang selalu menonjolkan keanehan- keanehan dalam penyampaiannya agar menarik perhatian pendengar.
Kisah Para Nabi Pra Ibrahim dalam Perspektif Alquran dan Sains terbitan Balitbang Kemenag mengungkapkan, gaya penyampaian Alquran yang tidak memperinci kisah dan peristiwa masa lalu mendorong masyarakat dari kalangan bangsa Arab untuk mencari tahu informasinya. Begitu pula informasi tentang awal penciptaan alam semesta dan rahasia wujud. Keingintahuan itu tersalurkan dengan menanyakan informasi tersebut kepada Ahlul Kitab: Yahudi dan Nasrani, yang hidup bersama mereka.
Interaksi antara bangsa Arab dengan mereka, terutama orang-orang Yahudi, di Jazirah Arab sudah lama terjalin, sejak mereka hijrah ke sana pada tahun 70 M, setelah lari dari kejaran dan penyiksaan penguasa Romawi, Titus. Selain itu, dalam perdagangan musim panas (riĥlatuș-șaif) ke Syam dan musim dingin (riĥlatusy-syitā') ke Yaman mereka selalu berjumpa dan berkomunikasi dengan Ahlul Kitab yang tinggal di daerah tersebut. Dari situlah budaya dan pemikiran Ahlul Kitab diserap oleh bangsa Arab.
Sebagian dari Ahlul Kitab... Halaman selanjutnya...