Rabu 03 Jul 2024 06:35 WIB

Tahanan Palestina Disiksa Israel, Hingga Alat Kelamin Pun Dipukuli

Para tahanan Palestina menjadi sasaran penghinaan fisik dan psikologis

Rep: Teguh/ Red: Teguh Firmansyah
Penjara Israel
Foto: AP/Sebastian Scheiner
Penjara Israel

REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Otoritas Israel tidak hanya berbuat keji dengan melancarkan serangan bertubi-tubi ke kamp pengungsian di Jalur Gaza. Tentara Zionis juga melakukan penyiksaan terhadap para tahanan Palestina.

Kekejian itu disampaikan oleh sejumlah saksi tahanan yang telah disebabkan, termasuk direktur rumah sakit al-Shifa, Muhammad Abu Salmiya. Kepala rumah sakit terbesar di Gaza -sebelum hancur akibat pemboman Israel- dibebaskan pada Senin bersama 54 tahanan lainnya.

Baca Juga

Dia ditangkap tujuh bulan lalu ketika militer Israel mengepung al-Shifa. Abu Salmiya dan orang lain yang dibebaskan bersamanya menggambarkan kondisi suram dan penyiksaan berat yang mereka derita di penjara-penjara Israel.

“Beberapa narapidana meninggal di pusat interogasi dan tidak diberi makanan dan obat-obatan,” kata dokter tersebut, seraya menambahkan bahwa pemukulan sering terjadi.

“Para tahanan menjadi sasaran penghinaan fisik dan psikologis.”

Orang lain di antara 55 orang yang dibebaskan telah mendukung klaimnya.“Ini  penyiksaan total,” kata Faraj al-Samouni dilansir Aljazirah

Ditangkap sekitar enam bulan lalu di dekat rumahnya di Gaza, ia menegaskan bahwa para tahanan “disiksa, dipukuli dan alat kelamin kami dipukuli”.

Abu Salmiya bukan satu-satunya praktisi medis terkemuka yang ditangkap selama perang di Gaza. Abu Salmiya dan orang lain yang dibebaskan bersamanya menggambarkan kondisi suram dan penyiksaan berat yang mereka derita di penjara-penjara Israel.

Belum ada konfirmasi dari pihak Israel terkait cerita penyiksaan ini. Namun di media sosial, cerita tentara penggunaan anjing dan menanggali pakaian tahanan juga beredar luas. 

Kemarahan dengan cepat meletus di Tel Aviv menyusul berita pembebasan Abu Salmiya. Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir mencap tindakan tersebut sebagai “kelalaian keamanan”.

Netanyahu, di bawah tekanan dari mitra koalisi garis keras, termasuk Ben-Gvir, dengan cepat menyatakan bahwa dia tidak diberitahu tentang rencana pembebasan tersebut dan memerintahkan Shin Bet untuk menyelidiki masalah tersebut.

“Pembebasan direktur RS Shifa merupakan kesalahan serius dan kegagalan moral. Tempat orang ini, yang bertanggung jawab atas pembunuhan dan penahanan para korban penculikan kami, adalah di penjara,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

Keputusan itu dibuat “tanpa sepengetahuan eselon politik”, tegasnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement