Kamis 04 Jul 2024 16:47 WIB

Kepala BRIN: Temuan Lukisan Gua Berumur 51 Ribu Tahun di Sulawesi Bukan 'Omon-omon'

Temuan lukisan gua bisa dinominasikan jadi temuan penting tahun ini versi Nature

Lukisan gua berumur 51.200 tahun yang lalu dari situs Leang Karampuang, Maros, Sulawesi.
Foto: BRIN
Lukisan gua berumur 51.200 tahun yang lalu dari situs Leang Karampuang, Maros, Sulawesi.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Tim arkeologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan Griffith University Australia kembali bikin kejutan. Mereka melakukan penanggalan ulang atas sejumlah lukisan gua di daerah Maros, Sulawesi Selatan. Hasilnya? Lukisan gua di sana berumur 51 ribu tahun yang lalu, termasuk yang tertua di dunia.

Atas hal ini, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengaku bangga. “Ini bukan temuan omon-omon,” kata Laksana, dalam jumpa pers Kamis (4/7/2024) pagi. Temuan penanggalan ini pun sudah dimuat di jurnal ilmiah bergengsi internasional, Nature. Laksana menambahkan, temuan ini bisa dinominasikan menjadi temuan paling signifikan tahun ini versi Nature.

Baca Juga

Tim Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bekerja sama dengan Griffith University dan Southern Cross University, Australia menemukan lukisan gua atau gambar cadas tertua di Indonesia, yang setidaknya berusia 51.200 tahun.

Lukisan gua atau gambar cadas yang terdiri atas sejumlah gambar ilustrasi orang, anoa, dan babi tersebut ditemukan di gua kapur yang terletak di Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.

"Penemuan ini merupakan seni cadas pertama di Indonesia yang umurnya melampaui 50.000 tahun," kata Ketua Tim Penelitian dari BRIN, Adhi Agus Oktaviana di Jakarta, Kamis.

Oktaviana menilai penemuan ini memiliki implikasi penting terkait pemahaman mengenai asal-usul seni paling awal.

Ia menjelaskan adanya gambar anoa dan manusia yang lebih banyak mengindikasikan adanya upaya orang di zaman dahulu untuk mengomunikasikan pesan bahwa pada masa itu anoa cukup berbahaya, sehingga orang pada zaman itu harus bersama-sama dalam memburu anoa, meskipun ada pendapat lain yang mengindikasikan gambar tersebut memiliki makna spiritual tertentu.

Oktaviana menyebut penemuan timnya ini mengindikasikan bahwa lukisan gua yang bersifat naratif merupakan bagian penting dalam budaya seni manusia awal Indonesia pada masa itu.

Laksana menambahkan, temuan lukisan gua tertua di dunia itu memperlihatkan bagaimana Indonesia kaya budaya dan peradaban. Kekayaan peradaban Indonesia, kata dia, bukan untuk melihat ke belakan, tapi jadi bagian dari masa depan. Temuan ini dan temuan arkeologi lainnya penting menjadi inspirasi dan motivasi generasi muda sekarang. “Jadi mereka merasa oh, saya orang Indonesia.”

Prof Maxime Aubert dari Griffith University menambahkan, penemuan lukisan gua berusia 51 ribu tyl ini amat penting untuk arkeologi dunia. “Seni lukisan gua sebelumnya amat Eropa sentrik, karena memang dari sana yang paling banyak ketika itu,” kata dia. 

Temuan-temuan dari kawasan cadas di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, lanjut Maxime, meruntuhkan dominasi Eropasentris tersebut. Karena jauh lebih tua dari temuan gua di Eropa yang sekitar 40 ribuan tyl. Ini juga memperlihatkan justru manusia Sulawesi lebih dahulu memiliki jiwa seni dan bercerita dengan penggambaran di gua-gua.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement