REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel mendapatkan kecaman dari berbagai negara dunia menyusul serangan barbar ke Jalur Gaza. Serangan yang dilakukan sejak Oktober 2023 ini telah membunuh lebih dari 38 ribu warga Palestina. Beragam spekulasi muncul, termasuk yang mengaitkan serangan Israel tersebut dengan hari kiamat.
Joel C Rosenberg, analis Timur Tengah dan juga pemimpin Evengelis adalah salah satu yang menyinggung soal hari akhir dalam artikelnya berjudul, "Bible prophecy says the world will turn against Israel in the ‘last days’ – is it happening now?".
Dalam tulisannya, Rosenberg yang tinggal di Yerusalem mengatakan, sebelum tanggal 7 Oktober, masa depan tampak begitu cerah bagi Israel.
"Kami baru saja menandatangani perjanjian perdamaian dan normalisasi Arab-Israel yang keenam," ujarnya dikutip dari laman All Israel.
"Kami tampaknya berada di jalur yang tepat untuk menandatangani perjanjian ketujuh dengan Arab Saudi."
Ekonomi Israel, kata ia, berkembang pesat. Sektor pariwisata mencapai rekor tertinggi, dan Israel membangun hubungan yang semakin erat dan hangat dengan berbagai negara dan pemerintah di seluruh dunia.
Namun, 7 Oktober dan perang yang terjadi kemudian mengubah segalanya. "Israel kini berada dalam masa tergelapnya sejak Perang Kemerdekaan pada Mei 1948. Dan dunia semakin berbalik melawan kami," katanya.
Memang situasinya, kata ia, telah berubah dari buruk menjadi lebih buruk dalam beberapa minggu terakhir.
"Tetapi pertanyaan besarnya adalah ini: Apakah bangsa Israel hanya mengalami masa-masa sulit dan nasib kita akan segera cerah kembali, atau apakah kita mulai melihat nubuat-nubuat Alkitab terungkap di mana seluruh dunia berbalik melawan Israel dan orang-orang Yahudi di "hari-hari terakhir"?
Rosenberg mengaku telah melakukan perjalanan ke seluruh wilayah di Amerika Serikat selama beberapa pekan. Selama itu, ia berbicara di gereja-gereja dan Konvensi National Religious Broadcasters (NRB). Ia memberikan wawancara kepada berbagai media, dan bertemu dengan sejum pemimpin Injil.
Satu hal menjadi sangat jelas, kata ia, setelah enam bulan berperang melawan Hamas di Jalur Gaza - dan melawan Hizbullah di Lebanon selatan -Israel mungkin menang di medan perang militer. Namun sudah pasti kalah dalam pertempuran hubungan masyarakat global.