Rabu 17 Jul 2024 17:05 WIB

Suhu Dingin Saat Kemarau di Labuan Bajo, Warga Diminta tidak Panik

Fenomena suhu dingin ini diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2024.

Puncak Pulau Pandar, Labuan Bajo, NTT yang menjadi salah satu spot terkenal wisatawan.
Foto: Lida Puspaningtyas
Puncak Pulau Pandar, Labuan Bajo, NTT yang menjadi salah satu spot terkenal wisatawan.

REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga di Labuan Bajo Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk tidak panik dengan perubahan suhu yang dingin beberapa hari terakhir. Hal itu sebagai fenomena yang wajar terjadi saat musim kemarau.

 

Baca Juga

"Kenakan pakaian yang nyaman, tetap menjaga kesehatan, karena peralihan suhu dari malam hingga pagi hari yang dingin dan kurangi aktivitas di luar ruangan pada malam atau dini hari," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo, Maria Patricia Christin Seran, Rabu (17/7/2024).

 

Ia menambahkan setiap bulan Juni atau Juli masyarakat NTT pasti selalu bertanya mengapa suhu udara terasa lebih dingin dibanding biasanya. Suhu dingin ini, selain dirasakan oleh masyarakat NTT, juga dialami oleh masyarakat yang berada di Jawa bagian selatan, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

 

"Faktor utama penyebab langsung terjadinya suhu dingin pada setiap Juni dan Juli adalah intrusi udara dingin dari wilayah Australia," katanya.

 

Ia menjelaskan saat ini gerak semu matahari masih berada pada belahan bumi utara, sehingga tekanan udara di utara akan lebih rendah dari tekanan di selatan atau Australia.

 

Pada periode monsun Australia ini, kata dia, angin yang bertiup dari Benua Australia membawa massa udara yang umumnya bersifat lebih kering dan lebih dingin, terlebih saat ini di Australia sedang mengalami musim dingin.

 

Hal ini juga didukung oleh faktor rendahnya kandungan uap air di atmosfer. "Uap air ini salah satu fungsinya adalah menyerap panas," ujarnya.

 

Ia menjelaskan berkurangnya uap air pada musim kemarau berdampak pada panas dari permukaan bumi yang dilepaskan pada saat malam hari langsung terlepas ke lapisan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, tidak ada panas yang tersimpan dekat permukaan bumi, maka pada pagi hari udara akan terasa lebih dingin.

 

Ia menjelaskan topografi dan posisi geografis juga mempengaruhi suhu di tempat tersebut. Daerah yang berbukit-bukit, akan memiliki suhu udara atau kondisi iklim yang berbeda dengan daerah yang merupakan dataran terbuka. Tempat yang tinggi akan memiliki suhu yang lebih rendah dari tempat yang lebih rendah.

 

"Kota Ruteng yang topografi lebih tinggi dari Labuan Bajo mencatat suhu minimum dua hari terakhir mencapai delapan derajat Celsius, sementara itu suhu minimum di Labuan Bajo masih berkisar 20-21 derajat Celsius," katanya.

 

Ia mengatakan fenomena suhu dingin ini diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2024.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement