Jumat 19 Jul 2024 15:26 WIB

Hujan di Musim Kemarau, Produksi Garam di Cirebon Terganggu Petambak Alami Kerugian

Kerugian yang dialami petambak garam di kisaran Rp 15 juta – Rp 20 juta per hektare

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Petambak garam (Ilustrasi)
Foto: Antara/Umarul Faruq
Petambak garam (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON---Hujan beberapa kali mengguyur wilayah Kabupaten Cirebon di musim kemarau kali ini. Kondisi itu menyebabkan produksi garam terganggu.

Seorang petambak garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Ismail, mengatakan, sejak musim kemarau berlangsung, petambak garam di wilayahnya yang sempat menikmati panen baru sebatas hitungan jari. ‘’Baru satu dua petambak garam yang panen. Itupun tonasenya masih sedikit, belum bisa banyak,’’ ujar Ismail kepada Republika, Jumat (19/7/2024).

Baca Juga

Ismail menjelaskan, hujan yang tiba-tiba turun beberapa waktu yang lalu, membuat panen garam tak bisa dilakukan. Bahkan, pengolahan garam yang sudah berjalan pun harus dimulai lagi dari awal. Jika dibandingkan dengan 2023 lalu, kata Ismail, di bulan Juli mayoritas petambak garam sudah panen. Karena sejak Mei 2023, hujan sudah tidak lagi turun sehingga sangat mendukung proses produksi garam di tambak.

‘’Kalau sampai Agustus dan September masih tetap ada hujan, maka petambak garam terancam tidak bisa memproduksi. Karena puncak atau panen raya garam ada di dua bulan tersebut,’’ kata Ismail.

Ismail mengungkapkan, kemarau basah juga pernah terjadi pada 2022. Saat itu, produksi garam petambak sangat minim karena hujan tetap turun meski di musim kemarau.

Ismail menyebutkan, jika kemarau basah terjadi sepanjang tahun, maka kerugian yang dialami petambak garam di kisaran Rp 15 juta – Rp 20 juta per hektare. Selain biaya sewa lahan, kerugian itu juga untuk biaya pengolahan lahan yang sudah berjalan. Kerugian itu belum termasuk hilangnya penghasilan akibat tidak adanya produksi garam yang semestinya bisa mereka raup.

‘’Kami berharap, cuaca kemarau tahun ini bisa bersahabat dengan para petambak garam,’’ kata Ismail.

Selain hujan di musim kemarau, tambah Ismail, petambak garam di wilayahnya juga kerap direndam oleh banjir rob. Hal itu terutama terjadi pada lahan garam yang dekat dengan pantainya. ’Kepada pemerintah, kami berharap segera mengatasi banjir rob yang selalu merendam lahan garam,’’ kata Ismail. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement