Ahad 21 Jul 2024 09:33 WIB

Gangguan IT Global Soroti Rentannya Cashless Society

Saat terjadi gangguan pembayaran digital global, masyarakat bisa runtuh.

Penumpang menumpuk setelah pembatalan penerbangan akibat gangguan sistem IT di bandara Berlin Brandenburg di Berlin, Jumat (19/7/2024).
Foto: Nadja Wohlleben/Reuters
Penumpang menumpuk setelah pembatalan penerbangan akibat gangguan sistem IT di bandara Berlin Brandenburg di Berlin, Jumat (19/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Gangguan sistem informasi global pekan lalu menyebabkan terganggunya berbagai layanan publik, terutama yang menggunakan transaksi tanpa uang tunai. Aktivis menekankan kejadian itu menggarisbawahi risiko menuju cashless society yang makin marak di berbagai negara termasuk Indonesia.

Supermarket, bank, pub, kafe, stasiun kereta api dan bandara semuanya terkena dampak kegagalan sistem Microsoft pada Jumat, menyebabkan banyak orang tidak dapat menerima pembayaran elektronik. Dampaknya sangat parah bagi bisnis yang tidak lagi menerima uang tunai.

Baca Juga

Payment Choice Alliance (PCA), yang berkampanye menentang gerakan menuju masyarakat tanpa uang tunai, mencantumkan gangguan pekan lalu berdampak pada 23 perusahaan dan kelompok, setidaknya beberapa diantaranya hanya menerima kartu kredit atau debit.

“Gangguan sistem yang mengakibatkan pemadaman akan selalu terjadi,” kata Ron Delnevo, ketua PCA kepada the Guardian, Ahad (21/7/2024). “Tetapi jika tidak ada alternatif lain, maka segalanya akan runtuh di sekitar Anda.”

Pembayaran tunai meningkat untuk pertama kalinya dalam satu dekade tahun lalu, menurut UK Finance, yang mewakili bank. Jumlah orang yang tidak lagi menggunakan uang tunai, atau menggunakannya kurang dari sekali dalam sebulan, mencapai 23,1 juta orang pada 2021, namun menurun menjadi 21,6 juta orang pada tahun lalu. Departemen Keuangan Inggris mengatakan “pasti masih ada tempat” untuk uang tunai. “Terserah pada masing-masing bisnis, namun menurut kami memberikan pilihan kepada masyarakat adalah hal yang baik. Sebagian besar bisnis masih menawarkan uang tunai.”

Serikat GMB mengatakan pemadaman sistem informasi ini memperkuat apa yang telah mereka katakan selama bertahun-tahun: bahwa “uang tunai adalah bagian penting dari cara masyarakat kita beroperasi”. “Ketika Anda mengambil uang tunai dari sistem, orang-orang tidak mempunyai sandaran apapun, sehingga berdampak pada cara mereka melakukan hal-hal mendasar sehari-hari.”

 

Beberapa pemadaman sistem yang lebih kecil dan tidak terkait telah berdampak pada retail tahun ini. Pada bulan Maret, McDonald's, Tesco, Sainsbury's, dan Gregg's mengalami masalah dengan sistem pembayaran digital mereka.

Pihak berwenang di Cina dan AS telah mendenda perusahaan-perusahaan yang tidak menerima uang tunai. Martin Quinn, direktur kampanye PCA, mengatakan penggunaan uang tunai diperbolehkan untuk anonimitas. “Saya tidak ingin data saya dijual, dan saya tidak ingin bank, perusahaan kartu kredit, dan bahkan pengecer online mengetahui setiap aspek kehidupan saya,” katanya. Penganggaran dengan menggunakan uang tunai juga lebih mudah bagi sebagian orang, tambahnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement