Kamis 25 Jul 2024 19:08 WIB

Perubahan Iklim Buat Upaya Menjaga Kelestarian Air Harus Lebih Terpadu

Bisnis harus berinovasi dari segi operasional dan lingkungan untuk bertahan.

Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni, mengatakan pentingnya melakukan upaya terpadu agar sumber air berkelanjutan.
Foto: dok Republika
Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni, mengatakan pentingnya melakukan upaya terpadu agar sumber air berkelanjutan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya untuk menjaga kelestarian air ternyata membutuhkan kegiatan yang tidak sedikit. Aksi tersebut juga tidak bisa dilakukan satu pihak saja.

Faktanya, kualitas air sangat dipengaruhi oleh ekosistem di sekitarnya. Karena itu kelestarian lingkungan dan kualitas air sangat erat kaitannya.

Baca Juga

Pengelolaan terpadu air dari hulu ke hilir berperan besar menjamin kelestarian air, menjaga ketersediaan air bersih untuk kebutuhan masyarakat, serta membantu mitigasi potensi bencana alam.

Guru Besar Hidrogeologi Universitas Gadjah Mada, Prof Dr rernat Ir Heru Hendrayana, dalam diskusi media, Selasa (23/7/2024), mengatakan pengelolaan air harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Alasannya, karena akan memengaruhi kualitas dan kelestarian air.

"Kualitas air menjadi semakin penting karena air yang sehat dan aman untuk dikonsumsi sangat bergantung dari sumbernya. Air tanah dangkal atau yang berasal dari akuifer bebas, besar peluangnya untuk tercemar aktivitas manusia. Sementara air dari akuifer dalam sifatnya murni dan memiliki kandungan mineral alami sehingga aman dan menyehatkan untuk dikonsumsi,” jelasnya, di sela-sela media visit ke pabrik Aqua Klaten, Jawa Tengah.

Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni, mengatakan pentingnya sumber air berkelanjutan. "Kepastian akan berlanjut ini dimulai dengan melakukan konservasi di hulu lalu ke tengah dan di hilir. Caranya macam-macam, tapi yang pasti ketika kita menjaga keanekaragaman hayati maka air akan terjaga juga," katanya.

Usaha menjaga keanekaragaman hayati namun kian sulit akibat efek perubahan iklim. Sebagai perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK), Ratih mengatakan, menyikapi perubahan iklim operasional bisnis harus sejalan dengan upaya pengurangan CO2 atau karbon dioksida.

"Kita nggak mungkin menanam pohon tapi nggak mengurangi penggunaan energi fosil," katanya. Pabrik di Klaten melakukan usaha mengurangi energi fosil dengan penerapan panel surya.

Sejak Februari 2020, panel surya dengan kapasitas 2.912 kilowatt peak (KWp) memproduksi 4 Gigawatt hours (GWh) listrik per tahun dan mengurangi emisi karbon sebesar 3.340 ton CO2 per tahun. “Sekitar 15 persen dari total konsumsi listrik pabrik kami peroleh dari sumber energi terbarukan," terang Ratih.

Selain inisiatif pengurangan energi fosil dan pemanfaatan energi terbarukan, upaya lain adalah optimalisasi rute distribusi dan penggunaan kemasan yang tidak 100 persen virgin plastic. Serta melakukan upaya pengolahan limbah kemasan.

Di luar operasional, Ratih mengatakan pihaknya bersama mitra melakukan intervensi konservasi. Salah satunya melalui pertanian regeneratif.

"Pertanian yang sangat berkontribusi melepaskan CO2 bukan cuma pemanfaataan bahan kimia. Tapi juga pengairan," kata dia.

Ternyata ketika sawah digenangi terus menerus tanpa dilakukan pengairan berselang, praktik pertanian itu menyumbang pelepasan CO2 lebih besar. Lewat intervensi praktik pertanian, petani diajak melakukan praktik pertanian yang lebih baik. Tujuannya agar pelepasan CO2 bisa dikurangi. Upaya lain adalah menanam pohon yang tepat lebih banyak untuk menahan lepasnya CO2 ke atmosfer.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement