REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga kini, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah masih menggelar Konsolidasi Nasional di kampus Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Sleman, DIY. Salah satu agenda yang dibahas adalah, apakah Persyarikatan menerima atau menolak tawaran konsesi tambang batu bara, yang dimungkinkan lantaran Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2024.
Menanggapi itu, ketua umum PP Muhammadiyah periode 1995-1998 Prof Amien Rais mengatakan, sebaiknya sidang tanwir segera digelar, bukan hanya konsolidasi nasional. Seperti ditegaskan dalam Anggaran Dasar (AD) Muhammadiyah, tanwir merupakan permusyawaratan dalam Muhammadiyah di bawah Muktamar, diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat. Anggota tanwir terdiri atas anggota Pimpinan Pusat, ketua pimpinan Wilayah, wakil Wilayah, dan wakil pimpinan organisasi otonom tingkat pusat.
"Saya kira, kalau dibawa ke sidang tanwir, maka keputusannya bisa mencabut kembali penerimaan Muhammadiyah terhadap izin pertambangan batu bara. Karena Muktamar terlalu berat dan waktu tidak bisa pendek, sedangkan kita perlu waktu pendek," kata Amien Rais dalam video di akun YouTube Amien Rais Official, yang dilihat Republika hari ini, Sabtu (27/7/2024).
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Ummat ini mengaku terkejut saat mendengar isu pada Kamis (25/7/2024) bahwa PP Muhammadiyah sudah menyatakan bersedia menerima izin usaha pertambangan (IUP). Ia mewanti-wanti, pertambangan bukanlah habitat gerakan Islam yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini.
"Saya khawatir, begitu Muhammadiyah masuk ke dunia pertambangan, yang memang bukan habitatnya, perlahan namun pasti akan muncul pertikaian internal mengguncang stabilitas Muhammadiyah," ucap Amien Rais.
Mantan ketua MPR-RI ini menampik argumen bahwa Muhammadiyah akan berusaha menjadi pemain tambang yang "tidak merusak lingkungan." Menurut dia, klaim itu menghina akal sehat. Sebab, di manapun pertambangan batu bara pasti menghancurkan lingkungan, sampai ke tahap yang tidak mungkin bisa dipulihkan kembali.
"Apalagi, dunia pertambangan itu dunia yang ganas. Sebagian besar pemainnya adalah bandit-bandit tanpa moral dan pertimbangan akal sehat. Karena, tujuannya hanya satu, mengeruk batu bara tanpa ampun demi dolar atau rupiah sebanyak-banyaknya," tegas Amien.