REPUBLIKA.CO.ID, Selama terlibat konflik dengan Palestina, Israel dikenal sebagai negara yang penuh dengan kebohongan dan tipu daya. Sangat mudah untuk melihat kebohongan, distorsi, dan upaya mengaburkan fakta yang dilakukan Israel.
Seorang jurnalis Palestina, Daoud Kuttab dalam artikelnya yang dimuat Arabnews pada Mei lalu menyatakan bahwa sudah saatnya bagi Israel untuk mempertanggungjawabkan kebohongan dan tipu dayanya.
BACA JUGA: Muhammadiyah Resmi Terima Konsesi Tambang, Begini Putusan Lengkapnya
Namun, kebiasaan propaganda yang buruk ini, atau yang disebut orang Israel sebagai "Hasbara," kini telah digunakan dalam skala yang lebih besar di AS. Karena, lobi pro-Israel sekarang ini sudah memenuhi gelombang udara, media sosial, dan bahkan gedung kongres dengan kebohongan yang jelas.
Misalnya, seorang anggota kongres mengklaim bahwa intifada berarti genosida terhadap orang Yahudi. Para mahasiswa di universitas-universitas bergengsi mengklaim, tanpa bukti apa pun, bahwa hidup mereka terancam oleh pendukung Hamas yang teroris, yang kebetulan juga merupakan rekan mereka dan beberapa dari mereka bahkan merupakan rekan Yahudi.
Klaim tersebut sering kali dibuat oleh pihak ketiga, seperti miliarder Yahudi Amerika Bill Ackman, baik untuk mengarahkan media maupun untuk menggertak administrasi perguruan tinggi agar menghancurkan narasi pro-Palestina baru yang telah mulai menjadi tren di sekolah-sekolah pendidikan tinggi paling bergengsi di Amerika.
Salah satu kebohongan terbesar yang terus diulang-ulang di kampus-kampus AS sebenarnya berasal dari seorang pengunjuk rasa pro-Israel, yang berhasil menghasut pihak universitas untuk mencoba menekan pengunjuk rasa pro-Palestina. Mahasiswa di Universitas Northeastern itu mengulang-ulang frasa "bunuh orang Yahudi," yang memberi kesan bahwa ini adalah slogan para penentang kejahatan perang Israel di Gaza.