Ahad 28 Jul 2024 16:10 WIB

Glorifikasi LGBT di Olimpiade Paris 2024, Saat 5 Peringatan Rasulullah SAW Ini Diabaikan

Olimpiade Paris 2024 mempertontonkan dan promosikan LGBT

Rep: Andri Saubani/ Red: Nashih Nashrullah
Salah satu penampilan di seremoni pembukaan Olimpiade Paris 2024.
Foto: X/@Olympics
Salah satu penampilan di seremoni pembukaan Olimpiade Paris 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Olimpiade Paris 2024 memicu perhatian publik. Bukan lantaran karena event olah raga empat tahunan itu dinanti-nantikan, tetapi justru meninggalkan noktah hitam.

Seremoni pembukaan Olimpiade Paris 2024 yang berlangsung pada Jumat (26/7/2024) dan menyedot jutaan penonton dari seluruh dunia itu menjadi panggung 'simbol-simbol setan' dan representasi kelompok LGBTQ yang kemudian menuai kecaman warganet.

Baca Juga

Dilansir Mint, penampilan show di antaranya rekreasi dari adegan 'Perjamuan Terakhir' Yesus; pemenggalan kepala Mary Antoinette, dan penggambaran 'the God of Wine', Dionosys menuai kontroversi di media sosial. Banyak warganet menilai, rekreasi 'Perjamuan Terakhir' sebagai 'simbolisme satanik'.

"Olimpiade adalah event olahraga paling prestisius di dunia. Mengapa hadir sekumpulan orang kelebihan berat badan di acara pembukaan. Kami ingin menonton para atlet, bukan ini," tulis salah satu warganet di X.

"Dalam adegan upacara pembukaan Olimpiade ini, lukisan masyhur Perjamuan Terakhir direkreasi, tapi Yesus diganti dengan perempuan gemuk, sementara waria dan tokoh-tokoh transgender (termasuk seorang anak!) ditampilkan sebagai para rasulnya. Simbolisme satanic dan pagan yang terbuka," tulis warganet lain.

https://twitter.com/TPointUK/status/1816927325071847483

"Seorang berjenggot dengan pakaian minim wanita berdansa secara provokatif di upacara pembukaan Olimpiade Prancis. Mengapa mereka mencoba menormalisasi kekotoran ini? Betapa jauhnya dunia Barat telah jatuh," tulis akun Turning Point UK.

Dikutip dari laman Olympics.com, kreator atau sutradara di balik pentas seni di upacara pembukaan Olimpade 2024 adalah seniman Prancis bernama Thomas Jolly.

"Mempercayakan arah artistik dalam seremoni (pembukaan olimpiade) kepada Thomas Jolly adalah sebuah pilihan berani dan konsisten dengan visi kami," ujar Presiden Paris 2024, Tony Estanguet, pada 2022 lalu.

Kepada AP pada awal Juli 2024, Thomas Jolly mengaku pada awalnya sangat terkejut ketika ditunjuk sebagai direktur artistik seremoni pembukaan Olimpiade Paris 2024. Meski, di dunia seni teater Prancis, portofolio Jolly termasuk tiga kali meraih trofi Moliere, penghargaan tertinggi dalam dunia teater di Prancis.

"Saya terkejut awalnya. Saya berpikir bagaimana saya bisa merekreasi sebuah show di mana semua orang bisa merasa terwakili sebagai suatu bangsa yang besar," kata Jolly.

“Saat kita menonton ‘Emily in Paris’ atau ‘Amélie Poulain,’ kita tahu bahwa itu tak cukup menampilkan Paris yang sebenarnya. Kami akan memainkan semua cerita klise itu, tapi kami juga sekaligus akan menantang mereka," kata Jolly melanjutkan.

“Paris juga adalah gejolak anak muda. Beragam budaya saling merangkul di jalan-jalan."

Apa yang dilakukan ini, tentu mencederai keberagamaan umat Islam. Apalagi event semacam ini diikuti peserta dari berbagai negara, tak terkecuali negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim.

Seremoni yang mempertontonkan LGBT ini seolah mengabaikan peringatan Rasulullah SAW. Lima hadits ini, menjadi penginggat kita tentang bahanya LGBT:

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement