Senin 29 Jul 2024 08:25 WIB

Cara Rasulullah Ibaratkan Dunia: Celupkan Jarimu ke Lautan

Rasulullah SAW mengajarkan, jadikan akhirat sebagai fokus utama, bukan dunia.

ILUSTRASI Rasulullah SAW isyaratkan dunia bagai setetes air dibanding seluruh samudra.
Foto: dok wiki
ILUSTRASI Rasulullah SAW isyaratkan dunia bagai setetes air dibanding seluruh samudra.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia yang kita tempati sekarang bersifat sementara. Begitu habis jatah usia, setiap manusia akan meninggalkan alam fana menuju akhirat.

Maka, dunia yang kini kita hidup di dalamnya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan akhirat. Tidaklah layak ia dijadikan sebagai ambisi utama.

Baca Juga

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan (tidak pernah merasa cukup) selalu ada di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan duniawi melebihi dari apa-apa yang Allah tetapkan baginya."

Masih dalam hadis yang sama, Rasulullah SAW memandang mulia orang-orang yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utama. Menurut beliau, Allah akan menghimpunkan urusan orang yang fokus primernya adalah ukhrawi. Allah juga menjadikan hatinya selalu merasa cukup. Harta benda duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah dan hina meskipun ia enggan untuk menerimanya.

Allah Ta'ala berfirman dalam sebuah hadis qudsi, “Wahai anak cucu Adam! Kalian mencurahkan segala ibadah hanya karena ingin ridha-Ku, pasti akan Aku penuhi hatimu dengan kekayaan. Aku juga akan tutup kefakiranmu. Jika tidak demikian, Aku akan penuhi hatimu dengan segala kesibukan. Aku juga tidak akan menutupi kafakiranmu” (HR Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

Diriwayatkan dari Al-Mustaurid bin Syaddad, Rasulullah SAW pernah mengibaratkan dunia ini hanyalah setetes air dibandingkan dengan seluruh air di bumi ini. Beliau bersabda, "Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di ujung jarinya itu?"

Berfokus pada akhirat tidak berarti meninggalkan dunia sama sekali dan hidup bagaikan petapa yang enggan bersosial. Islam melarang kerahiban.

Ibarat orang menanam padi di sawah, maka rumput yang ada di sawah itu pun akan ikut tumbuh. Namun, seseorang yang menanam rumput belum ada ceritanya padi akan ikut tumbuh di sekelilingnya.

Jadi, seorang Mukmin yang berfokus pada akhirat, maka ia akan semaksimal mungkin memanfaatkan hidupnya di dunia ini untuk meningkatkan takwa dan berbuat kebajikan. Seperti yang dipesankan oleh Rasulullah SAW, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR Ahmad).

Boleh kaya, berpangkat dan bergelimang dunia, tapi hati kita tetap mengutamakan mengejar ridha Allah. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement