Jumat 02 Aug 2024 08:23 WIB

Iran Siapkan Serangan Lebih Besar, Biden Sulit Buat Koalisi Lindungi Israel

Intelijen mendeteksi tanda-tanda awal pada Rabu Iran merencanakan pembalasan.

Warga Iran mengikuti truk yang membawa peti mati pemimpin Hamas Ismail Haniyeh saat upacara pelepasan di Teheran, Iran, Kamis, 1 Agustus 2024.
Foto: AP Photo/Vahid Salemi
Warga Iran mengikuti truk yang membawa peti mati pemimpin Hamas Ismail Haniyeh saat upacara pelepasan di Teheran, Iran, Kamis, 1 Agustus 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Amerika Serikat meyakini Iran akan membalas Israel atas pembunuhan Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh pada awal pekan ini di Teheran, Iran. Laman Axios melaporkan dengan mengutip tiga pejabat AS yang juga mengatakan AS sedang menyiapkan diri untuk melawan pembalasan tersebut.

Menurut situs berita itu, para pejabat mengatakan bahwa serangan Iran diperkirakan akan lebih besar. Meski demikian, serangan tersebut akan serupa pada April lalu, yang merespon  serangan Israel terhadap konsulat Republik Islam di Suriah. Serangan yang dirancang juga dinilai dapat melibatkan Hizbullah.

Baca Juga

AS, Inggris, dan Prancis bersama dengan beberapa negara regional sebelumnya berkolaborasi dalam upaya militer maupun intelijen, untuk menangkis operasi Iran pada April lalu. Seperti diketahui, Iran mengirim  sekitar 300 pesawat tak berawak dan rudal yang diluncurkan ke Israel. Menurut perkiraan saat itu, operasi pencegatan selama beberapa jam tersebut menelan biaya lebih dari 1 miliar dolar AS.

Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada Axios bahwa akan "sangat sulit untuk meniru kesuksesan besar" dalam mencegat pesawat tak berawak dan rudal Iran dan Israel mengetahuinya, lapor Al-Mayadeen.

photo
Drone Iran. - (EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH)

Menurut media tersebut, pemerintahan Presiden Joe Biden saat ini khawatir akan lebih sulit untuk membentuk koalisi yang sama untuk melindungi Israel. Pembalasan Iran atas pembunuhan Haniyeh dinilai merupakan bagian dari perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza, yang mengakibatkan meningkatnya oposisi terhadap Israel di wilayah tersebut.

Seorang pejabat AS mengatakan, komunitas intelijen mendeteksi tanda-tanda awal pada Rabu bahwa Iran sedang merencanakan aksi pembalasan. Dua pejabat lainnya memperkirakan bahwa Iran dan sekutunya akan membutuhkan waktu beberapa hari untuk mempersiapkan serangan tersebut.

Sementara itu, seorang pejabat AS mengatakan kepada Axios, Pentagon dan CENTCOM AS membuat persiapan yang serupa dengan yang dilakukan pada April menjelang respon Iran. Pejabat tersebut menambahkan bahwa aset-aset militer AS di Teluk, Mediterania Timur, dan Laut Merah juga menjadi bagian dari persiapan tersebut."Kami memperkirakan akan ada beberapa hari yang sulit," kata pejabat tersebut.

 

'Fase baru'

Bersamaan dengan pembunuhan para pemimpin Perlawanan di Beirut dan Teheran, rezim Israel menargetkan pembangkit listrik sipil dan fasilitas minyak di Hodeidah, Yaman, yang mengakibatkan kerusakan material yang masif dan enam pegawai negeri menjadi martir.

Poros Perlawanan, yang telah melakukan operasi militer melawan Israel dan AS sejak Oktober lalu untuk memaksa diakhirinya genosida di Gaza, bersumpah untuk membalas dendam kepada para pemimpinnya dan agresi Israel di negara mereka.

Pimpinan Hizbullah, Sayyed Hasan Nasrallah berpidato pada upacara pemakaman besar yang diadakan untuk pemimpin Hizbullah yang syahid, Sayyed Shokor. Menurut Hassan Nasrallah,  kejahatan Israel baru-baru ini telah menyebabkan konfrontasi dengan Poros Perlawanan memasuki fase baru.

"Kami menghadapi pertempuran besar di mana masalahnya telah melampaui masalah front dukungan," katanya mengacu pada operasi yang dilakukan oleh sekutu-sekutu Perlawanan Palestina untuk mendukung Gaza: "Kami berada dalam pertempuran terbuka di semua lini, dan ini telah memasuki fase baru... dan eskalasi fase baru ini tergantung pada reaksi Israel."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement