Kamis 08 Aug 2024 20:05 WIB

Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Diyakini Bisa Dicapai dengan 'Usaha Lestari'

Tujuannya mendorong kegiatan ekonomi restoratif berlandaskan keanekaragam hayati.

Ketua Dewan Pengurus Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) Gita Syahrani.
Foto: Dok. Kem
Ketua Dewan Pengurus Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) Gita Syahrani.

REPUBLIKA.CO.ID, Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Bisa Dicapai dengan Usaha LestariJAKARTA -- Program Usaha Lestari bisa membantu mewujudkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen. Ketua Dewan Pengurus Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) Gita Syahrani mengatakan, Usaha Lestari bertujuan mendorong kegiatan ekonomi restoratif berlandaskan keanekaragaman hayati dengan mempertemukan pelaku usaha, pemerintah, dan investor.

Koalisi Ekonomi Membumi mulai mendorong inovasi Usaha Lestari sejak dua tahun silam. Program ini mengusahakan berjalannya ekonomi restoratif dengan agroforestri dan pertanian regeneratif secara gotong royong. Target mereka adalah pelaku usaha yang berkecimpung di pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA), seperti petani, pekebun, dan nelayan.

Baca Juga

“Kami melihat target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen pada 2025-2029 nanti bisa diwujudkan melalui ekonomi yang berbasis keanekaragaman hayati. Usaha Lestari akan membantu mewujudkannya,” kata Gita dalam sesi Monolog Greenovator: “Collective Movement Transformation: Driving Indonesia’s Restorative Economy” di acara Sustainability Action for the Future Economy (SAFE) 2024 yang diselenggarakan oleh Katadata di Hotel Kempinski, Jakarta Kamis (8/8/2024).

Koalisi Ekonomi Membumi merupakan aliansi 34 organisasi yang berfokus pada aksi iklim.

Pada umumnya, ekonomi restoratif adalah model ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan manusia dan dilakukan bersamaan dengan upaya pelestarian lingkungan dan tata sosial masyarakat. Ekonomi restoratif juga berfokus mengembangkan entitas lokal yang dilakukan secara kolektif dan kolaboratif, serta melakukan inovasi secara holistik.

Sosok peraih Climate Breakthrough 2023 itu mengatakan KEM juga ikut mendorong kapasitas pelaku usaha seperti nelayan atau petani kopi. Para pelaku usaha yang membutuhkan peningkatan skala bisnis, namun tetap bertanggung jawab dengan dampak lingkungan, akan dibantu melalui pendekatan rantai nilai gotong royong untuk dapat terkoneksi dengan investor, enablers, dan aktor pendukung lainnya.

Gita juga mengutip Studi CELIOS yang memaparkan Paradigma Baru Ekonomi yang terdiri dari tiga prinsip dasar. Pertama, memulihkan fungsi ekosistem, struktur objek ekologis maupun sosial termasuk hubungan manusia dan alam.

Berikutnya, yaitu memprioritaskan aksi kolektif dengan penekanan pada pengelolaan SDA oleh masyarakat lokal. Yang terakhir, mendukung pengentasan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan menciptakan kedamaian dan keamanan.

“Kami menargetkan akan ada 100 bisnis lestari, 100 yurisdiksi kaya hutan dan gambut berkomitmen, serta mengalirkan pendanaan senilai US$ 200 juta,” kata Gita.

Pendirian Koalisi Ekonomi Membumi pada awalnya ditujukan untuk menemukan keseimbangan antara hilirisasi energi mineral dengan kekayaan SDA Tanah Air. Gita melihat selama ini hilirisasi energi mineral menjadi prioritas pemerintah, padahal sektor perkebunan dan keanekaragaman hayati Indonesia begitu melimpah.

Sebagai misal, ia menyoroti sumber daya mineral seperti nikel dan batu bara yang ditargetkan bisa mencapai 91,72 persen dari target investasi hilirisasi nasional. Sedangkan, sektor kehutanan, pertanian, dan kelautan kurang dari 10 persen dari target investasi hilirisasi Indonesia.

“Maka dari itu Indonesia ini, pemerintah perlu mengutamakan bioekonomi, yang menciptakan petani tangguh, nelayan tangguh, dan pekebun tangguh. Keanekaragaman hayati kita akan dijaga oleh mereka,” ujar Gita.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement