Senin 12 Aug 2024 18:07 WIB

Afsel Kesulitan Cari Investor Bangun Jaringan Listrik untuk Transisi Energi Terbarukan

Sekitar 80 persen listrik Afsel dihasilkan dari batu bara.

Rep: Lintar Satria/ Red: Qommarria Rostanti
Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara (ilustrasi). Rencana Afsel memperluas jaringan listriknya untuk beralih dari pembangkit listrik tenaga batu bara ke energi terbarukan menghadapi tantangan.
Foto: REUTERS/David Gray
Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara (ilustrasi). Rencana Afsel memperluas jaringan listriknya untuk beralih dari pembangkit listrik tenaga batu bara ke energi terbarukan menghadapi tantangan.

REPUBLIKA.CO.ID, PRETORIA -- Rencana Afrika Selatan (Afsel) memperluas jaringan listriknya untuk beralih dari pembangkit listrik tenaga batu bara ke energi terbarukan menghadapi tantangan berat. Afsel kesulitan mencari investor yang bersedia menggelontorkan dana sebesar 21 miliar dolar AS lebih ke perusahaan negara yang hampir bankrut.

Sekitar 80 persen listrik Afsel dihasilkan dari batu bara. Seusai pemilihan umum pada Mei lalu dan penundaan birokrasi serta pesan kontradiktif selama bertahun-tahun, akhirnya ada perubahan posisi mengenai energi terbarukan.

Baca Juga

Namun perusahaan energi terbarukan swasta seperti Mainstream Renewable (dimiliki oleh Aker Horizons), EDF Renewables, dan Acciona SA yang siap mengubah sektor energi menghadapi tantangan. Bagaimana menyalurkan energi terbarukan dari daerah pedesaan yang kaya sinar matahari dan angin ke pusat-pusat kota yang haus energi.

Beberapa pejabat mengatakan beberapa bulan terakhir Pemerintah Afsel mempertimbangkan opsi untuk mendanai proyek pembangunan kabel dan tiang listrik sepanjang 14 ribu kilometer. Tapi mereka belum menemukan solusinya. "Upaya kami untuk melakukan dekarbonisasi sangat bergantung pada kemampuan kami untuk memperluas jaringan," kata Menteri Energi Afsel yang baru Kgosientso Ramokgopa di Pretoria akhir bulan lalu.