Ahad 25 Aug 2024 05:00 WIB

Mahasiswa Diminta Memiliki Sense of Crisis

Kepekaan-kepekaan ini harus dipertajam oleh para individu-individu para mahasiswa.

Ilustrasi Mahasiswa
Foto: Ilustrasi Mahasiswa
Ilustrasi Mahasiswa

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Mahasiswa Universitas Balikpapan (Uniba) sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki sense of crisis jika menemukan hal-hal yang menyimpang di lingkungannya, seperti penyebaran paham terorisme. Hal tersebut agar paham paham tersebut tidak menyebar di lingkungan kampus.

“Mahasiswa tentunya harus punya kepekaan untuk bisa mengenali tanda-tanda yang sudah mengarah kepada intolaran itu seperti apa, minimal kepada dirinya sendiri dan juga di lingkungannya, baik di lingkungan teman-temannya dan juga  lingkungan di keluarganya,” ujar Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), Mayjen TNI Roedy Widodo, saat menjadi narasumber pada acara Kuliah Umum Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru Universitas Balikpapan Tahun 2024.

Acara yang  diikuti sebanyak 40 mahasiswa baru dengan mengambil Tema “Menyiapkan Mahasiswa Baru sebagai Generasi yang Tangguh, Berkarakter, Kreatif dan Inovatif, Menuju Kompetisi Gerbang Emas Ibu Kota Nusantara (IKN)” ini berlangsung di Auditorium Uniba, Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), Jumat (16/8/2024).

Menurutnya, kepekaan-kepekaan ini tentunya harus dipertajam oleh para individu-individu para mahasiswa. “Sehingga paham-paham intoleransi dan sebagainya tadi tidak masuk ke lingkungan individu, kampus ataupun keluarga dan bangsa Indonesia,” ujarnya.

Hal tersebut sejalan dengan apa yang sudah disampaikannya dalam menyampaikan materinya kepada para mahasiswa dengan tujuan untuk memberikan resilience atau suatu ketahanan individu kepada mahasiswa, komunitas dan juga pengenalan di lingkungan kampus.

“Hal ini dalam rangka untuk menciptakan deteksi dini, bisa mendeteksi secara dini,  kemudian melakukan perlawanan, daya cegah, daya tangkal, daya lawan agar kampus ini terbebas dari paham-paham  intoleransi apalagi juga terorisme,” ujarnya 

Hal ini sangat diperlukan karena sekarang ini kota Balikpapan ini bisa dikatakan sebagai daerah penyangga. Yang mana kota Balikpapan ini sangat dekat dengan Ibu Kota Negara Nusantara (IKN).

"Karena kampus (Uniba) ini mempunyai semangat ataupun patriotisme yang tinggi, sehingga yang bisa mengawal IKN nantinya siapa lagi, yang antara lain orang-orang yang lahir dari dunia kampus ini,” ujar alumni Akmil tahun 1990 ini menjelaskan.

Sebagai upaya agar mahasiwa Uniba ini bisa menjaga kampusnya dari penyebaran paham terorisme menurutnya tentu nanti akan dilakukan kerja sama Uniba dengan BNPT melalui Direktorat Pencegahan BNPT dan juga Subdit Pemberdayaan Masyarakat dimana nanti ada bagian dari program pemberdayaan perempuan remaja dan anak-anak. Yang mana hal tersebut nantinya akan menjadi tugas Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) sebagai kepanjangan tangan BNPT yang ada di setiap provinsi untuk membentuk Penguatan Kampus Kebangsaan.

“Tentunya kita akan melakukan komunikasi terlebih dahulu agar selanjutnya mungkin ada semacam kesepakatan dengan pihak Kampus yang selanjutnya kita bua program Kampus kebangsaan yang bertujuan untuk mencegah paham terorisme agar tidak berkembang di wilayah kampus,” ujanrya.

Hal ini menurutnya penting dilakukan dikarenakan pencegahan ini dapat berangkat dari yang rendah dulu, mulai dari individu resilience kemudian family resilience, community resilience, dan naik kepada nationality resilience.

“Sehingga nantinya negara atau bangsa ini mempunyai daya tahan yang luar biasa yang akan memperjuangkan bagaimana bisa tercapainnya stabilitas  keamanan dan juga keterlibanan,” ujarnya.

Deputi I BNPT  ini juga berpesan bahwa di HUT RI ke-79 ini mahasiswa bisa mengambil peran dalam mengisi kemerdekaan dan menumbuhkan rasa nasionalisme, yang salah satunya nanti melalui lomba jurnalisme kebangsaan. Ini sebagai salah satu upaya mahasiwa untuk dapat  mengeksplorasikan diri  dengan menuangkan ide-iden, inovasi, kreativitasnya dalam rangka mengisi kemerdekaan.

Kemudian dari situ menurut mantan Dandim 0603/Lebak ini, mahasiwa diharapkan nantinya bisa membuat karya-karya yang luar biasa dan pandai-pandai untuk mengisi diri sendiri dengan ilmu pengetahuan apapun sesuai dengan bidang yang masing-masing.

“Karena pilihannya yaitu mau jadi manusia yang biasa-biasa saja atau menjadi manusia unggul? Karena  kalau menjadi manusia biasa biasa saja maka 1.000 halangan atau 1.000 tantangan pasti akan jadi masalah. Tetapi kalau mau menjadi manusia yang di atas rata rata maka halangannya cuma satu yaitu tidak ada alasan untuk terus berkarya, berinovasi dan kreatif,” katanya mengakhiri .

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement