BOGOR -- Dalam rangka mencegah stunting di Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia menggelar pelatihan dengan tema “Peningkatan Kapasitas Ibu dalam Mempersiapkan MPASI untuk Menurunkan Angka Stunting" di Puskesmas Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jumat (30/8/2024).
Ketua Tim Program Pengabdian Masyarakat, Happy Hayati melakukan pengabdian bersama mahasiswa Magister Ilmu Keperawatan Atika Rahmawani dan tim FIK untuk meningkatkan kapasitas ibu dalam mempersiapkan Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Sasaran dari program pengabdian masyarakat ini adalah ibu yang memiliki anak usia di Bawah Dua tahun (baduta), kader posyandu, dan petugas puskesmas wilayah Tanah Sareal dengan jumlah pesert kurang lebih 25 orang.
Kegiatan terselenggara dengan bantuan program hibah Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia dan Dompet Dhuafa, yang melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi Kota Bogor dan Puskesmas Kecamatan Tanah Sareal.
Kegiatan ini berupa pemaparan materi tentang 1000 hari pertama kehidupan dan MPASI. Kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi menyiapkan MPASI. Peserta penyuluhan pun sangat antusias dalam mengikuti kegiatan dengan mengajukan pertanyaan.
Para ibu mengungkapkan harapan mereka agar kegiatan ini dapat terus berlanjut ke daerah lainnya di Indonesia sebagai strategi untuk menurunkan angka stunting di Indonesia menuju Indonesia Generasi Emas 2045.
“Kegiatan pelatihan MPASI untuk ibu dan kader, sangat bermanfaat dan perlu dilakukan secara berulang di banyak tempat. Dari hasil post test, didapatkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan ibu dibandingkan dengan nilai pre test," kata Happy dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (31/8/2024).
Dia menjelaskan, komposisi gizi dalam pembuatan MPASI adalah makanan yang mengandung empat bintang yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, buah dan sayur. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan MPASI adalah usia, frekuensi, jumlah, tekstur, variasi, responsif, dan bersih.
"Dengan terpenuhinya empat bintang pada MPASI anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal," kata Happy.
Sebagai Ketua Pelaksana Kegiatan, Atika Rahmawani menjelaskan, dalam pelatihan ini ibu dan kader dilatih untuk menyiapkan MPASI yang tepat waktu (sesuai usia anak), adekuat, aman, dan responsif.
"Setelah pelatihan ini, diharapkan ada perubahan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak, hingga dapat mencegah terjadinya stunting," ucap Atika.
Untuk diketahui, stunting merupakan masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Stunting dapat dicegah pada tahap awal dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi pada 1000 hari kehidupan.
Berdasarkan World Health Organization (WHO), kondisi stunting tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula. Stunting memiliki dampak yang luas, yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak sehingga dapat berpengaruh pada kecerdasan anak dan status kesehatannya. Status kecerdasan dan kesehatan yang buruk akan berdampak juga pada perekonomian negara.
Indonesia memiliki visi besar yaitu mewujudkan Indonesia Generasi Emas 2045. Dalam upaya untuk mencapai visi tersebut maka stunting harus dicegah, salah satunya dengan terus melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting masih perlu ditingkatkan seperti komposisi gizi yang harus dipenuhi dalam pembuatan MPASI untuk anak usia enam bulan sampai dengan dua tahun.