REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa (17/9/2024) menguat menjelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) September 2024 pada Rabu (18/9/2024).
Pada akhir perdagangan Selasa (17/9/2024), rupiah naik 67 poin atau 0,43 persen menjadi Rp 15.335 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.402 per dolar AS.
"Dari dalam negeri, RDG BI diperkirakan akan memutuskan suku bunga tetap di 6,25 persen, artinya penurunan bunga akan menjadi prasyarat BI untuk menurunkan bunga padahal deflasi sudah terjadi empat bulan beruntun," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova.
Selain itu, penguatan rupiah juga ditopang oleh data surplus perdagangan Agustus 2024, yang lebih tinggi dari surplus pada Juli 2024. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia Agustus 2024 mengalami surplus 2,90 miliar dolar AS terutama berasal dari sektor nonmigas 4,34 miliar dolar AS.
Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 52 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus neraca perdagangan Agustus 2024 tersebut lebih ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas, yaitu sebesar 4,34 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang surplus utamanya adalah yang pertama bahan bakar mineral, kemudian lemak dan hewan atau nabati, serta besi dan baja.
Di sisi lain, pasar juga mengantisipasi hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, Kamis malam (19/9/2024) yang diperkirakan hanya menurunkan suku bunga 25 basis poin (bps). Penurunan suku bunga The Fed sebagai prasyarat BI untuk menurunkan suku bunga BI-Rate.
Sementara Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa meningkat ke level Rp 15.338 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.405 per dolar AS.