Rabu 18 Sep 2024 14:30 WIB

Bukti-Bukti Mencintai Rasulullah

Tiga hal ini membuktikan diri kita mencintai Rasulullah SAW.

Ilustrasi Rasulullah SAW
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Rasulullah SAW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara tanda-tanda keimanan adalah mencintai Nabi Muhammad SAW. Dan, perasaan itu bukanlah satu arah.

Rasulullah SAW sendiri mengungkapkan betapa besar rasa sayangnya kepada umat Islam. Termasuk di antara yang dirindukan beliau adalah Muslimin yang tidak hidup sezaman.

Baca Juga

“Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku, tetapi beriman kepadaku, dan mereka mencintaiku melebihi anak dan orang tua mereka. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku, dan beruntung pula mereka yang beriman kepadaku walaupun tidak pernah melihatku,” sabda Nabi SAW.

Membaca shalawat

Maka, apakah kita tergolong orang-orang yang dirindukan Rasulullah SAW? Sebelum itu, tentunya kita terlebih dahulu memantaskan diri masing-masing. Berikut ini adalah beberapa tanda tumbuh suburnya perasaan cinta kepada Nabi SAW.

Pertama, membaca shalawat kepada Rasulullah SAW, minimal ketika nama beliau disebutkan. Orang yang hatinya tertutupi maksiat dan dosa biasanya enggan untuk melakukannya. Dalam sebuah hadis, diceritakan bahwa Malaikat Jibril berkata, “Celakalah seorang hamba jika namamu (Muhammad) disebutkan di hadapannya, tetapi ia tidak bershalawat.”

Meniru keteladanan

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah” (QS al-Ahzab: 21). Ayat Alquran tersebut menegaskan, seorang Mukmin hendaknya mengikuti jejak keteladanan Nabi Muhammad SAW. Para ulama menyatakan, ada empat sifat beliau, yakni benar, amanah, tabligh, dan cerdas.

Sekurang-kurangnya, seorang Mukmin yang berkomitmen meniru karakteristik beliau akan selalu berkata jujur, bersikap lurus, dan tidak berbuat curang. Bagi kalangan pemimpin, di level keluarga hingga negara, keempat sifat itu sangat penting untuk dimiliki dan diasah.

Harapkan syafaat

Allah telah menakdirkan, Nabi Muhammad SAW dapat memohonkan syafaat kepada-Nya untuk menolong orang-orang yang beriman. Untuk menjadi pantas dalam mendapatkan pertolongan itu, seorang Mukmin hendaknya selalu merawat keimanan. Salah satunya dengan mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas kecintaannya terhadap segala yang lain.

Bershalawat dan doa usai azan pun dapat menjadi sarana untuk itu. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang memohonkan untukku al-wasilah, maka akan mendapat syafaatku” (HR Muslim).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement