Kamis 26 Sep 2024 15:13 WIB

BI Sebut Literasi Keuangan Syariah di Indonesia Perlu Ditingkatkan

Pemahaman tentang keuangan syariah bervariasi di antara 38 provinsi di Indonesia.

Nasabah melakukan isi ulang kartu emoney. Bank Indonesia menyebut literasi keuangan syariah masih cukup rendah.
Foto: Dok Republika
Nasabah melakukan isi ulang kartu emoney. Bank Indonesia menyebut literasi keuangan syariah masih cukup rendah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Literasi keuangan Syariah di Indonesia ternyata masih rendah. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia Rifki Ismal dalam Simposium Keuangan dan Ekonomi Syariah yang digelar Forum Jurnalis Wakaf dan Zakat Indonesia (Forjukafi) di Hotel Kartika Chandra Jakarta, Kamis (26/9/2024).

"Literasi Keuangan Syariah: Survei Bank Indonesia tahun 2022 menunjukkan bahwa hanya 28 persen masyarakat yang memahami ekonomi keuangan syariah. Sebagian besar yang paham adalah dosen dan pegawai negeri sipil (PNS), sementara pegawai non-PNS memiliki tingkat pemahaman yang rendah," ujar Rifki.

Baca Juga

Rifki juga menjelaskan, ada variasi pemahaman yang berbeda di setiap provinsi. Pemahaman tentang keuangan syariah bervariasi di antara 38 provinsi di Indonesia.

"Provinsi dengan mayoritas penduduk Muslim dan banyak pesantren atau ulama cenderung memiliki literasi yang lebih tinggi." ujar Rifki.

Karenanya, Rifki mengajak semua pihak untuk mulai menyasar pemahaman keuangan syariah yang tepat sasaran.

Sebab meskipun ada kemajuan dalam pemahaman keuangan syariah di Indonesia, masih terdapat tantangan signifikan dalam meningkatkan literasi di kalangan masyarakat, terutama adi kalangan pegawai non-PNS dan di provinsi dengan tingkat keislaman yang lebih rendah.

"Upaya kolaboratif antara berbagai pihak, termasuk jurnalis, diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam ekonomi keuangan syariah," katanya.

Rifki menuturkan, terkait potensi ekonomi syariah di Indonesia, Rifki menuturkan bahwa ekonomi Syariah Indonesia berada di nomor tiga setelah Malaysia dan Arab Saudi.

Sayangnya potensi ini tidak dibarengi dengan tingginya literasi ekonomi syariah di Indonesia. Karenanya Rifki mengajak semua pihak untuk terus menggenjot pengembangan ekonomi syariah baik dari segi inklusi maupun literasinya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement