Ditulis oleh Rizky Jaramaya
JAKARTA -- Hizbullah dianggap sebagai kelompok non-negara yang bersenjata paling kuat di dunia. Kelompok pejuang yang berbasis di Lebanon ini telah mendapatkan peningkatan serangan dari Israel selama seminggu terakhir.
Peningkatan pertempuran baru-baru ini dimulai dengan serangan terkoordinasi Israel selama dua hari, yaitu pada 17 September dan 18 September di Lebanon. Serangan itu melibatkan peledakan ribuan pager dan walkie-talkie milik Hizbullah. Setidaknya 38 orang meninggal dunia dan lebih dari 3.000 orang terluka.
Kemudian pada 20 September terjadi serangan udara di Beirut, yang merupakan daerah padat penduduk. Serangan ini menewaskan sedikitnya 45 orang, termasuk dua komandan tinggi Hizbullah, serta beberapa wanita dan anak-anak. Pekan ini, pengeboman Israel yang meluas di Lebanon selatan dan timur telah menewaskan sedikitnya 560 orang dan memaksa puluhan ribu lainnya menggungsi dari rumah mereka.
Pada Rabu (25/9) Hizbullah untuk pertama kalinya mengarahkan rudal balistik ke Tel Aviv, yang merupakan kota terpadat di Israel. Serangan ini membuat penduduk Israel ketakutan dan lari kocar-kacir.
Kelompok pejuang Hizbullah lahir karena terjadi pendudukan Israel di Lebanon selatan antara tahun 1982 dan 2000. Kelompok ini telah memperoleh dan mengembangkan berbagai persenjataan canggih untuk melawan penjajah Israel. Dilansir Middle East Eye, berikut adalah deretan persenjataan canggih yang dimiliki Hizbullah:
Drone
Drone Hizbullah digunakan untuk menyerang target Israel serta pengawasan. Sejak November, Hizbullah telah menggunakan drone bermuatan bahan peledak. Hizbullah telah melancarkan serangan drone terhadap pos tentara Israel di wilayah pendudukan Dataran Tinggi Golan. Dua tentara Israel terluka dalam serangan itu. Hizbullah juga menggunakan pesawat nitawak dan rudal jarak pendek dalam upaya untuk mengalahkan sistem pertahanan udara Iron Dome milik Israel yang dipasok Amerika Serikat (AS).
Hizbullah juga menggunakan proyektil jarak jauh lainnya yang dapat mencapai lebih dalam ke wilayah Israel. Drone Hizbullah juga telah digunakan untuk pengawasan. Pada Juni, Hizbullah menerbangkan pesawat nirawak komersial di atas Haifa selama beberapa jam. Pesawat nirawak tersebut merekam situasi di wilayah itu dan mengunggah videonya secara daring. Video berduarasi sembilan menit itu dipublikasikan oleh Al Mayadeen TV dan Al Manar. Video tersebut menunjukkan beberapa lokasi, termasuk lokasi militer dan infrastruktur sipil.
Roket
Hizbullah diperkirakan memiliki 130.000 roket dan rudal, yang telah ditimbun secara bertahap sejak konflik terakhirnya dengan Israel pada 2006. Persenjataan tersebut meliputi roket Falaq-2 yang digunakan pertama kalinya pada 8 Juni. Roket Falaq-2 memiliki jangkauan 10 km dan membawa hulu ledak yang lebih besar daripada Falaq-1. Beberapa roket Hizbullah, termasuk Fajr, Khaibar, Raad, dan Zilzal, memiliki jangkauan sedang yaitu 40.200 km dan muatan kuat dengan membawa antara 50 kg hingga 600 kg hulu ledak.
Di masa lalu, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah telah mengindikasikan bahwa mereka dapat memodifikasi beberapa roket dengan mengubahnya dari roket tanpa pemandu menjadi rudal presisi. Pekan lalu, sebagai tanggapan atas serangan pager dan walkie-talkie, Hizbullah melancarkan serangan ke pangkalan Angkatan Udara Ramat David milik Israel dengan roket Fadi 1 dan Fadi 2. Roket tersebut memiliki jangkauan antara 80 km dan 105 km. Pada Selasa (24/9), Hizbullah mengumumkan, mereka menggunakan Fadi 3 dalam serangan terhadap pangkalan samson milik Israel di wilayah Galilea.
Rudal Jarak Jauh
Hizbullah dilaporkan memiliki Fateh-110 dan Scud Iran, dengan jangkauan masing-masing 250-300 km dan 300-550 km. Seorang profesor di Departemen Studi Pertahanan King's College London, Andreas Krieg mengatakan, sejumlah besar rudal jarak pendek dan menengah telah diluncurkan oleh serangan Israel di Lebanon dalam seminggu terakhir.
"Namun, permata mahkota kemampuan rudalnya tidak disimpan di atas tanah tetapi di bawah tanah. Rudal yang lebih besar ini dengan hilu ledak yang lebih besar dan jangkauan lebih jauh hanya akan digunakan jika Hizbullah dihadapkan dengan skenario perang habis-habisan," ujar Krieg.
"Kerusakan Israel akan sangat besar sehingga tidak ada jalan mundur dari jurang lagi," kata Krieg.
Pada Rabu, Hizbullah mengatakan, mereka menembakkan rudal balistik yang menargetkan markas besar intelijen Mossad di dekat Tel Aviv. Sementara Israel mengatakan, rudal itu berhasil dicegat dan tidak ada korban jiwa. Ini adalah pertama kalinya rudal yang diluncurkan dari Lebanon mencapai Israel bagian tengah. Kendati rudal balistik Hizbullah pada Rabu dihentikan, salvo pesawat nirawak dan rudal jarak jauh dari Hizbullah kemungkinan akan lebih sulit dicegat daripada serangan Iran.
Sebelumnya pada April, Iran menembakkan sekitar 170 pesawat nirawak, 30 rudal jelajah, dan 120 rudal balistik ke Israel, dalam serangan langsung pertama Iran di Israel. Sebagian besar rudal itu telah dicegat oleh Israel, AS, Inggris, Prancis, dan Yordania.
Pertahanan Udara
Serangan udara kemungkinan besar akan menyebabkan kerusakan terbesar bagi Hizbullah. Kelompok pejuang ini memiliki sejumlah senjata pertahanan yang dirancang untuk menghancurkan persenjataan Israel, termasuk rudal antipesawat, antitank, dan antikapal.
Amunisi rudal permukaan-ke-udara, seperti rudal antipesawat 358 buatan Iran, telah digunakan beberapa kali sejak Oktober untuk menembak jatuh pesawat nirawak Israel. Namun, senjata ini hanya memberikan perlindungan minimal selama serangan Israel berskala besar seperti yang terjadi seminggu terakhir. Senjata ini tidak memiliki kemampuan yang mumpuni seperti pertahanan udara Israel, yang meliputi sistem Iron Dome, Arrow, dan David's Sling.
"Terhadap serangan udara, Hizbullah tidak dapat melawan keunggulan besar yang dimiliki Israel. Dua atau tiga jenis pertahanan udara yang tersedia dan terlihat digunakan di Lebanon selatan hanya mampu melawan pesawat nirawak atau helikopter yang terbang rendah," ujar analis militer Lebanon, Mustafa Assad.
Assad menambahkan, rudal antikapal Hizbullah memiliki kemampuan yang lebih kuat. Rudal jelajah antukapal Yakhont memiliki jangkauan 300 km dan dapat membawa 200 kg bahan peledak. Rudal ini dapat mengancam pengiriman atau menangkis upaya Israel untuk memblokade Lebanon melalui laut.
Angkatan Darat dan Pertahanan
Hizbullah tidak dapat menempatkan pesawat berawak atau kendaraan lapis baja di Lebanon karena keunggulan Israel di udara. Namun, Hizbullah dilaporkan memiliki tank T-55 dan T-72, serta kendaraan lapis baja lainnya, yang disimpan di Suriah. Tank dan kendaraan lapis baja ini telah digunakan oleh Hizbullah selama operasinya untuk mendukung pemerintah Suriah.
Sejauh ini, belum ada indikasi bahwa Israel berencana untuk meluncukan invasi darat ke Lebanon. Seorang sumber keamanan Lebanon mengatakan, jika invasi semacam itu dilunurkan, tentara Lebanon akan bergabung dengan Hizbullah untuk menghadapi Israel.
Krieg mengatakan, pusat gravitasi Hizbullah adalah pertahanan fisik dan infrastruktur yang telah dibangunnya di Lebanon selatan dan timur, yang mungkin membentang sejauh ratusan kilometer.
"Sistem terowongan digali jauh di dalam bebatuan oleh para insinyur dari Iran dan Korea Utara. Ini adalah benteng yang tidak dapat ditembus yang akan digunakan Hizbullah untuk beroperasi, jika Israel memutuskan untuk menyerang," ujar Krieg.
Jumlah Pejuang
Pada 2022, Hizbullah memiliki 20 ribu pejuang aktif dan 20 ribu pejuang cadangan. Jika terjadi perang darat, pasukan Hizbullah lebih tangguh dalam pertempuran daripada selama konfrontasi terakhir dengan Israel pada 2006. Secara khusus, pejuang Hizbullah telah berpengalaman dalam peperangan perkotaan karena bertempur bersama pasukan Presiden Bashar Al-Assad dalam perang Suriah yang berlangsung selama satu dekade.
Krieg mengatakan, Hizbullah telah kehilangan beberapa pejuang berpengalaman dalam perang Suriah. "Dalam beberapa minggu terakhir, banyak komandan menengah dan tinggi telah dibunuh oleh Israel, yang akan berdampak pada kemampuan Hizbullah untuk melawan, jika infanteri Israel menyerang. Namun struktur jaringan Hizbullah membuatnya sangat tangguh," ujar Krieg.
"Hal ini dikombinasikan dengan infrastruktur terowongan yang rumit dan tidak dapat ditembus di selatan Lebanon, yang menjadikan Hizbullah sebagai ancaman yang tidak dapat dihancurkan oleh Israel secara militer," ujar Krieg menambahkan.
Pasukan Israel juga sudah terlatih dalam pertempuran setelah melancarkan invasi darat di Gaza selama 11 bulan. Namun Krieg tidak berpikir bahwa hal itu telah meningkatkan kemampuan darat Israel.
"Militer Israel belum menunjukkan kecanggihan yang hebat dalam upaya menghadapi perang perkotaan di Gaza. (Militer) Israel telah terkikis oleh pendudukan dan pengawasan selama puluhan tahun. Mereka hanya memiliki sedikit pengalaman dalam pertempuran perang intensitas tinggi," kata Krieg.
Krieg mengatakan, Israel memiliki pasokan senjata dan perangkat keras yang stabil. Namun tenaga pasukan Israel telah terkuras oleh perang selama setahun di Gaza.
Sementara itu, Assad mencatat bahwa Israel tidak mungkin melancarkan invasi darat menyeluru ke Lebanon seperti yang dilakukan pada 1978 atau 1982. "Mereka tahu bahwa mustahil untuk mencapai kemenangan taktis apapun dan hanya akan menyeret mereka ke zona pembunuhan yang lambat," ujar Assad.