Sabtu 05 Oct 2024 20:52 WIB

Joe Biden Sarankan Israel tak Serang Fasilitas Minyak Iran

Pernyataan Biden seketika membuat harga minyak dunia melonjak.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Joe Biden menyampikan pidato nasional dari Ruang Oval Gedung Putih, Washington, AS Rabu (24/7/2024). Presiden Biden berpidato nasional untuk pertama kalinya sejak mengundurkan diri dari pilares AS dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden Joe Biden menyampikan pidato nasional dari Ruang Oval Gedung Putih, Washington, AS Rabu (24/7/2024). Presiden Biden berpidato nasional untuk pertama kalinya sejak mengundurkan diri dari pilares AS dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyarankan Israel agar tidak menyerang fasilitas minyak milik Iran. Hal itu disampaikan Biden sehari setelah dia mengatakan bahwa Washington tengah membahas kemungkinan serangan ke fasilitas minyak Iran.

“Jika saya berada di posisi mereka, saya akan memikirkan alternatif lain selain menyerang ladang minyak,” kata Biden kepada awak media, dikutip Sabtu (5/10/2024), ketika ditanya tentang komentarnya sehari sebelumnya bahwa AS sedang membahas kemungkinan serangan semacam itu dengan sekutunya, dikutip laman Gulf Today.

Baca Juga

Menurut Biden, Israel belum memutuskan bagaimana akan membalas serangan hampir 200 rudal balistik Iran yang diluncurkan ke wilayahnya pada Selasa (1/10/2024) malam. Pernyataan Biden tentang rencana menyerang fasilitas minyak Iran pada Kamis lalu seketika membuat harga minyak dunia melonjak.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan, negaranya mendukung upaya gencatan senjata di Lebanon. Namun dengan syarat rakyat Lebanon, termasuk kelompok Hizbullah, menyetujuinya. Araghchi menambahkan, gencatan senjata di Lebanon juga harus diikuti dengan gencatan senjata di Jalur Gaza. "Kami mendukung upaya gencatan senjata dengan syarat diterima oleh rakyat Lebanon, dapat diterima oleh perlawanan (Hizbullah), dan ketiga disinkronkan dengan gencatan senjata di Gaza," kata Aragchi di Beirut, Jumat lalu.

Aragchi mengatakan kunjungannya ke Beirut adalah bukti bahwa Iran berdiri bersama Lebanon dalam menghadapi Israel. Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan negaranya akan berdiri bersama Lebanon dan Palestina dalam menghadapi Israel.

"Rakyat Palestina harus menentukan nasib bangsa mereka sendiri, dan tidak ada negara atau organisasi internasional punya hak menentang rakyat Palestina melawan rezim Zionis. Sama halnya bagi mereka yang membantu rakyat Palestina dan Lebanon tidak boleh dikritisi, karena itu hak mereka," kata Khamenei saat memimpin salat Jumat di sebuah masjid di Teheran.

Pada Selasa (1/10/2024) malam lalu, Iran menembakkan ratusan roket ke Israel. Garda Revolusi Iran mengatakan bahwa serangan itu merupakan balasan atas kematian pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Kelompok Hizbullah dan Israel sudah terlibat konfrontasi secara sporadis di wilayah perbatasan Israel-Lebanon sejak pecahnya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Hizbullah mendukung perlawanan yang dilakukan Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya di Gaza.

Pada 23 September 2024 lalu, Israel melancarkan serangan udara terbesarnya ke wilayah selatan Lebanon. Serangan tersebut membunuh lebih dari 500 orang, termasuk setidaknya 50 anak-anak. Sejak saat itu, Israel terus meluncurkan serangan udara ke Lebanon. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah turut menjadi korban dan syahid.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement