Selasa 08 Oct 2024 12:25 WIB

11 Siswi SMKN 56 Jakarta Jadi Korban Pelecehan Guru Seni

Guru berinisial H (40 tahun) statusnya P3K dan kini sudah tidak mengajar di sekolah.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
SMKN 56 Jakarta di Pluit, Kecamatan Penjaringan.
Foto: Disdik DKI
SMKN 56 Jakarta di Pluit, Kecamatan Penjaringan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 11 siswi SMKN 56 Jakarta mengaku menjadi korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan guru seni budaya di sekolah kejuruan tersebut. Kini, kasus itu telah dilaporkan kepada pihak sekolah.

"Ada 11 pelapor yang mengadu jadi korban pelecehan guru berinisial H (40), pelaku ini statusnya P3K dan sudah mengajar di sekolah ini selama lima tahun," kata Kepala SMKN 56 Jakarta Ngadina di Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (8/10/2024).

Dia mengatakan, peristiwa itu terungkap setelah pada Rabu (3/10/2024), ada guru melaporkan kejadian dugaan pelecehan seksual dari siswa yang dilakukan oleh guru berinisial H. Dia langsung mengklarifikasi hal tersebut kepada siswa dan ada 11 siswa yang mengaku menjadi korban aksi tersebut.

Ngadina mengatakan, sebagai kepala sekolah dengan kasubag dan empat wakil mencari masukan serta klarifikasi kepada pelaku. Hasilnya sesuai permintaan pelapor untuk guru itu tidak mengajar lagi di SMKN 56. "Saya usulkan ke atasan kami dan mulai hari ini tersangka tidak lagi mengajar di SMKN 56 Jakarta," katanya.

Ngadina menjelaskan, sesuai pelaporan dari siswa, guru itu melakukan pelecehan dengan memegang tangan, bahu, serta memegang paha siswi. "Guru itu juga mengusap kepala siswi, sudah itu saja dan kejadian di lantai dua di ruang kelas seni budaya," ucap Ngadina.

Menurut dia, persoalan itu sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta melalui Suku Dinas Pendidikan Jakarta Utara untuk menindaklanjutinya. Ngadina mengatakan, guru tersebut sejauh ini mengaku hanya memegang tangan dan ada tuduhan yang tidak diakuinya.

Dia mencontohkan, sesuai dengan pengakuan guru, aksi itu dilakukan tidak khusus, misalkan, saat memegang angklung, dia memposisikan tangan anak dan tangan terpegang. "Tadi sudah saya katakan sesuai BAP sebagian ada yang diakui seperti memegang tangan," ucap Ngadina.

Selain itu untuk jumlah korban, sejauh ini tidak ada korban tambahan. "Hanya yang melapor saat itu dan itu ada yang bukan korban tetapi sebagai saksi saja," ujar Ngadina. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement