REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan sistem kesehatan Lebanon kesulitan untuk mengatasi meningkatnya kebutuhan di tengah serangan Israel yang terus berlanjut ke negara itu.
Melalui media sosial X, Sabtu, Tedros menyebut 100 dari 207 pusat perawatan kesehatan primer di Lebanon yang dilanda konflik, telah ditutup karena meningkatnya kekerasan.
Selain itu, lima rumah sakit juga ditutup akibat kerusakan struktural setelah serangan.
"Serangan terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, yang telah menyebabkan hampir 100 kematian, harus dihentikan," ujar Tedros, menegaskan.
Mencatat peningkatan jumlah korban luka-luka, Dirjen WHO itu mengatakan sistem kesehatan di Lebanon terus berjuang untuk mengatasinya karena keterbatasan kapasitas sumber daya dan tenaga kesehatan.
Tedros menyerukan perlindungan segera bagi pasien dan petugas kesehatan.
Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon untuk menargetkan kelompok Hizbullah.
Serangan Israel yang berlangsung sejak 23 September lalu telah menewaskan sedikitnya 1.351 korban, melukai lebih dari 3.800 orang lainnya, dan memaksa lebih dari 1,2 juta orang mengungsi.
Serangan udara tersebut merupakan eskalasi dari perang lintas batas selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya serangannya di Jalur Gaza, di mana Israel telah menewaskan lebih dari 42.100 korban, sejak serangan kelompok Hamas Palestina tahun lalu.
Pasien terluka
Sebuah rumah sakit pemerintah di wilayah Baalbek, Lebanon timur pada Sabtu mengatakan sejumlah pasien mengalami luka-luka dan rumah sakit tersebut mengalami kerusakan signifikan akibat serangan udara Israel yang menyasar beberapa target di sekitar lokasi RS tersebut.
RS Tamnin mengatakan "dalam tiga hari berturut-turut hingga hari ini, serangan gencar Israel telah menjadikan sekitar rumah sakit sebagai target."
Serangan itu menyebabkan kerusakan signifikan dan parah terhadap rumah sakit, selain itu juga melukai banyak pasien yang berada di rumah sakit akibat pecahan kaca dan peluru."
"Meskipun kami mengutuk agresi terhadap institusi kesehatan itu, kami meyakinkan musuh bahwa kebrutalannya tidak akan menghalangi kami untuk melanjutkan pelayanan kami," tambahnya.
Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon terhadap apa yang diklaim sebagai target Hizbullah sejak 23 September, menewaskan sedikitnya 1.437 orang, melukai lebih dari 4.123 orang lainnya, dan membuat lebih dari 1,34 juta orang mengungsi.
Serangan udara tersebut merupakan eskalasi dari perang lintas batas selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya serangannya di Jalur Gaza.
Meskipun ada peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang regional di tengah serangan gencar Israel terhadap Gaza dan Lebanon, Israel memperluas konflik dengan melancarkan serangan ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.