REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izul Fatah, mengatakan, duet Al Haris – Abdullah Sani sangat potensial menang pada kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jambi 2024. Paslon nomor urut 2 yang didukung 13 parpol itu memiliki elektabilitas yang mengungguli paslon nomor urut 1, Romi Heriyanto – Sudirman.
Berdasar survei yang dilakukan LSI Denny JA, pada 1-9 Oktober 2024, kata Toto, potensi kemenangan Al Haris – Abdullah Sani ini cukup terlihat. Dalam survei itu, Al Haris – Abdullah Sani elektabilitasnya mencapai 44,5%. Sementara, kompetitornya, Romi – Sudirman elektabilitas 30,6%. Ada selisih kurang lebih sekitar 14% an.
“Jika melihat pada posisi elektabilitas kedua paslon tersebut, potensi menang lebih terbuka untuk Al Haris – Sani. Selisih 14% an tidak cukup mudah untuk dikejar dalam waktu kurang dari dua bulan,” kata Toto, dalam siaran pers, Senin (14/10/2024).
Survei ini menggunakan metode standar Multistage Random Sampling, melalui wawancara tatap muka langsung kepada 800 responden terpilih dengan menggunakan kuesioner dan dengan Margin of Error 3,5%.
Namun demikian, dalam waktu kurang dua bulan ini masih ada potensi munculnya dinamika politik yang bisa saja terjadi. Kata Toto, jika situasi normal seperti seperti sekarang, tak ada pergerakan yg luar biasa, cukup sulit buat paslon no 1 untuk mengejar elektabilitas paslon no 2.
Mengenai hal yang membuat pasangan Al Haris – Abdullah Sani unggul, menurut Toto, distribusi dukungan yang merata di aneka segmen demografis seperti suku, gender, tingkat pendidikan, penghasilan, profesi, usia, pemilih partai dan ormas. Termasuk, distribusi di setiap dapil.
“Dari pengalaman kami melakukan ratusan kali survei, salah satu indikator potensi kemenangan seorang calon itu tercermin dari dukungan merata di aneka segmen demografis. Dan sejauh ini, duet Al Haris – Sani yang punya indikator keunggulan tersebut,” paparnya.
Selain elektabilitas, kata Toto, paslon no 2 ini juga sudah cukup punya modal tingkat pengenalan dan kesukaan publik yang cukup tinggi dibanding paslon no 1. Misalnya, Al Haris sudah dikenal oleh sekitar 85,5% dengan tingkat kesukaannya 69,6%. Sementara, Romi baru dikenal oleh sekitar 58,3%.
Padahal, lanjut Toto, tingkat pengenalan dan kesukaan itu sudah menjadi salah satu hukum besi untuk menang. Kandidat yang pengenalannya kecil, biasanya kecil juga peluangnya untuk menang. Begitu juga sebaliknya kandidat yang pengenalannya tinggi lebih berpeluang untuk dipilih dan menang.
Meskipun, kata Toto, idealnya kandidat yang tingkat pengelannnya tinggi berbanding lurus dengan tingkat kesukaannya yang juga tinggi. “Yang bahaya adalah kandidat yang pengenalan tinggi, tapi kesukaan rendah,” kata dia.
Keunggulan lainnya dari Al Haris - Sani, ungkap Toto, terlihat juga dari dukungan pemilih yang berkategori strong supporter (pemilih militan). Paslon no 2 unggul dengan strong supporter sebesar 31%. Sementara paslon no 1 baru 18,8%.
Namun begitu, Toto mengingatkan, di luar pemilih yang militan tadi, ada juga pemilih yang masih berkategori soft supporter (pemilih cair). Yaitu, mereka yang sudah memilih tapi bisa berubah, dengan yang belum punya pilihan sama sekali. Angkanya masih cukup tinggi, yaitu 49,4%.
“Itulah yang sering saya sebut sebagai lahan tak bertuan. Yaitu, pemilih yang masih bisa diperebutkan oleh siapa saja. Meskipun, untuk mengambil lahan tak bertuan tersebut, harus punya modal pengenalan dan kesukaan yang tinggi dulu,” papar Toto.
Dari data survei LSI Denny JA juga terungkap temuan yang bisa menjadi kabar buruk. Yaitu, ada sekitar 58,3% pemilih yang menganggap money politic itu sangat wajar dan cukup wajar. Dan saat ditanya pengaruhnya terhadap keterpilihan, juga kurang lebih sama, sekitar 56,0%.