REPUBLIKA.CO.ID,DAMASKUS -- Nabi Nuh AS diutus oleh Allah SWT karena berhala-berhala dan thaghut-thaghut waktu itu menjadi sesembahan manusia. Pada masa itu, manusia berada dalam kesesatan dan kekafiran.
Allah mengutus Nabi Nuh sebagai rahmat bagi para hamba-Nya. Dia adalah Rasul pertama yang diutus kepada penduduk bumi.
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam bukunya Al-Bidayah Wan-Nihayah yang diringkas Ahmad Al Khani menjelaskan, ketika Allah mengutus Nabi Nuh, Allah berseru kepada seluruh manusia untuk mengkhususkan penyembahan hanya kepada Allah yang tiada sekutu bagi-Nya.
Allah menyeru manusia agar tidak menyembah patung, berhala atau thaghut. Manusia harus mengakui keesaan Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah.
وَقَالُوْا لَا تَذَرُنَّ اٰلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّلَا سُوَاعًا ەۙ وَّلَا يَغُوْثَ وَيَعُوْقَ وَنَسْرًاۚ
Dan mereka berkata, "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwa, yagus, ya‘uq dan nasr." (QS Nuh: 23)
Di dalam ayat ini dijelaskan, pembesar-pembesar umat Nabi Nuh meminta kaumnya agar tidak meninggalkan tuhan-tuhan yang telah disembah nenek moyang mereka dahulu. Mereka disuruh untuk tetap menyembah berhala-berhala mereka yaitu wadd, suwa, yuguts, ya'uq dan nasr.
Ibnu Abbas mengatakan, wadd, suwa, yuguts, ya'uq dan nasr adalah nama orang-orang shalih dari kalangan kaum Nabi Nuh. Ketika mereka meninggal, syetan memberikan intuisi kepada kaumnya agar berkumpul di majelis-majelis tempat para ulama itu sering mengadakan perkumpulan dengan memasang berhala-berhala berupa gambar mereka. Mereka memberi nama berhala-berhala itu dengan nama orang-orang shalih tersebut.
Nabi Nuh menyeru mereka dengan segala cara agar kembali ke jalan yang benar. Nabi Nuh menyadarkan mereka siang dan malam, sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan dengan iming-iming serta ancaman. Namun semua cara itu tidak membuahkan kesuksesan.
Kebanyakan dari mereka masih dalam kesesatan dan menyembah berhala serta patung-patung. Mereka justru bersikap memusuhi Nabi Nuh, menganggapnya sepele, dan mengancam para pengikut Nabi Nuh dengan pengusiran serta siksaan yang luar biasa.
Sepanjang zaman terus terjadi permusuhan antara Nabi Nuh dengan kaumnya, sebagaimana difirmankan oleh Allah.
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ
Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim. (QS Al-Ankabut: 14).
Dalam masa yang sangat panjang itu sangat sedikit orang yang beriman kepada Nabi Nuh dan Allah. Setiap generasi mulai punah, mereka memberikan wasiat kepada generasi berikutnya untuk tidak beriman kepada Nabi Nuh, supaya generasi selanjutnya terus menyerang dan memusuhi Nabi Nuh. Tabiat mereka adalah tidak mau beriman dan mengikuti yang haq.
Nabi Nuh kemudian berdoa untuk kebinasaan mereka, dan Allah menerima dengan baik doanya. Kemudian terjadilah peristiwa yang dikenal sebagai banjir besar disertai angin kencang. Nabi Nuh bersama pengikutnya selamat dari peristiwa tersebut karena menaiki bahtera.