Rabu 16 Oct 2024 16:08 WIB

BI: Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Terjaga di Tengah Ketidakpastian Global 

Hingga 15 Oktober 2024, Rupiah melemah 2,82 persen dari bulan sebelumnya.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan bahwa stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga berkat komitmen kebijakan BI. (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan bahwa stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga berkat komitmen kebijakan BI. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan bahwa stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga berkat komitmen kebijakan BI. Hingga 15 Oktober 2024, Rupiah melemah 2,82 persen dari bulan sebelumnya, terutama akibat meningkatnya ketidakpastian global akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

"Jika dibandingkan dengan akhir Desember 2023, depresiasi Rupiah hanya 1,17 persen, lebih baik dari mata uang lain seperti Peso Filipina, Dollar Taiwan, dan Won Korea yang terdepresiasi masing-masing sebesar 4,25 persen, 4,58 persen, dan 5,62 persen," kata Perry dalam konferensi pers RDG di Kompleks BI, Rabu (16/10/2024).

Baca Juga

Ia melanjutkan, BI memprediksi stabilitas nilai tukar Rupiah ke depan akan didukung oleh imbal hasil yang menarik, rendahnya inflasi, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif. Perry juga menegaskan komitmen BI untuk menjaga stabilitas perekonomian akan terus berlanjut.

Lebih lanjut ia menambahkan, instrumen moneter pro-market, yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) akan terus dioptimalkan guna mendukung penguatan stabilitas nilai tukar Rupiah dan pencapaian sasaran inflasi. Kebijakan ini juga bertujuan mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valas serta mendorong aliran masuk modal asing ke dalam negeri. 

Hingga 14 Oktober 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI tercatat masing-masing sebesar Rp 934,87 triliun, 3,38 miliar dolar AS, dan 424 juta dolar AS. Penerbitan SRBI telah mendukung peningkatan aliran masuk portofolio asing dan penguatan nilai tukar Rupiah. Kepemilikan nonresiden dalam SRBI mencapai Rp 254,57 triliun, yang setara dengan 27,23 persen dari total outstanding. 

"Kami akan memperkuat strategi operasi moneter pro-market dengan optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI untuk menarik aliran modal asing dan mendukung penguatan nilai tukar Rupiah," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement