REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyerukan petani agar cermat memanfaatkan musim hujan tahun ini yang diperkirakan akan panjang sebagai peluang untuk mendapatkan hasil panen padi melimpah. Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan musim hujan tahun ini diprakirakan masuk lebih awal dan mencapai puncaknya pada bulan November.
Ia mengingatkan petani untuk melakukan penanaman lebih awal. Adapun rekomendasi yang diberikan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) penanaman bisa dilakukan petani pada pertengahan Oktober ini.
Data BMKG memerinci, puncak musim hujan periode ini jatuh pada November–Maret 2025 di sebagian besar daerah di Indonesia dengan persentase 79,1 persen (total sebanyak 553 zona musim/ZOM) mengalami kategori normal atau tidak lebih basah dan tidak lebih kering.
Periode puncak musim hujan November–Desember 2024 diprakirakan terjadi, antara lain, di Sumatra, Pulau Jawa pesisir selatan, dan Kalimantan. Selanjutnya pada periode Januari–Februari, Maret 2025 diprakirakan terjadi antara lain di Lampung, Pulau Jawa bagian utara, sebagian kecil dari Pulau Sulawesi, Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian besar Pulau Papua.
“Jadi basis data analisa ini perlu diperhatikan yang seharusnya bisa digunakan untuk menanam lebih awal,” kata dia.
Dia berhadap pemerintah daerah (pemda) juga dapat menindaklanjuti hal ini untuk membantu petani di lapangan. Terlebih jangka waktu musim hujan yang lebih panjang November ke Februari-Maret tahun depan akan berpotensi besar meningkatkan produktivitas pertanian.
“Harusnya iya. Petani kita berpotensi menghasilkan panen melimpah, barangkali bisa dua kali tanam pada April-Mei tahun depan,” imbuhnya.
Sementara itu, Akademisi Agroteknologi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama, Ida Aryani mengatakan produktivitas pertanian padi erat kaitan dengan musim hujan yang membuat air irigasi melimpah, mengingat padi merupakan tanaman yang sangat bergantung pada ketersediaan air untuk tumbuh, terutama fase awal pertumbuhan dan pembentukan biji.
Jika musim hujan berlangsung lebih lama seperti diprediksi oleh BMKG, kata dia, maka petani berpeluang memanfaatkan waktu yang tersedia itu untuk melakukan hingga dua kali masa tanam sehingga lebih meningkatkan hasil produksi secara keseluruhan.
Kementan menargetkan ada sekitar 1,2 juta hektare luas tanam di seluruh daerah bila musim tanam pertama dimulai Oktober 2024 dan diharapkan Januari 2025 bisa panen, dengan target capaian hasil produksi 32,29 juta ton.
Tapi di sisi, lain ia mengingatkan curah hujan yang terlalu tinggi atau terjadi hujan ekstrem dapat menyebabkan genangan air berlebih, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman terutama terjadi pada fase pembungaan atau pematangan biji, bahkan hingga merusak tanaman padi.
Kondisi ini terjadi karena nutrisi penting di tanah hilang dicuci air jika tidak dikelola dengan baik, kemudian tumbuhnya penyakit seperti busuk akar, blast (penyakit jamur), dan hama wereng. “Lingkungan yang lembab menjadi tempat ideal bagi hama dan penyakit berkembang, sehingga petani harus lebih cermat waspada dalam pendampingan penyuluh pertanian lapangan di daerah,” kata dia.