Kamis 10 Oct 2024 18:53 WIB

Hadapi Musim Hujan, BPBD Pastikan Semua EWS Berfungsi  

Early warning system sebagai upaya preventif menghadapi musim.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ilham Tirta
 Seorang pejalan kaki memakai masker akibat asap kebakaran hutan yang mencapai Manaus, negara bagian Amazonas, Brasil ,Selasa (27/8/2024). Bangunan-bangunan di Brasilia, ibu kota Brasil yang modernis, diselimuti asap selama dua hari terakhir. Kabut asap ini merupakan dampak dari kebakaran di hutan hujan Amazon, sabana Cerrado, lahan basah Pantanal, dan negara bagian Sao Paulo.
Foto: AP Photo/Edmar Barros
Seorang pejalan kaki memakai masker akibat asap kebakaran hutan yang mencapai Manaus, negara bagian Amazonas, Brasil ,Selasa (27/8/2024). Bangunan-bangunan di Brasilia, ibu kota Brasil yang modernis, diselimuti asap selama dua hari terakhir. Kabut asap ini merupakan dampak dari kebakaran di hutan hujan Amazon, sabana Cerrado, lahan basah Pantanal, dan negara bagian Sao Paulo.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta memastikan seluruh early warning system (EWS) berfungsi. Hal itu sebagai upaya preventif menghadapi musim penghujan. 

Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Data Informasi Komunikasi Kebencanaan BPBD Kota Yogyakarta, Aki Lukman Nor Hakim mengatakan, ada beberapa EWS yang sudah terpasang di bantaran sungai. Bahkan, pekan kemarin pihaknya juga melakukan simulasi guna memastikan semua EWS yang terpasang berfungsi.

Ada lima titik lokasi yang dilakukan simulasi. Mulai dari Sungai Buntung, Sungai Winongo, Sungai Code, Sungai Belik, dan Sungai Gajah Wong. 

“Kami telah memasang EWS di 23 titik sungai yang tersebar di Kota Yogya. 20 EWS ini terdiri dari 17 EWS manual, dan enam EWS otomatis. Dari enam EWS otomatis, ada tiga yang baru terpasang di Sungai Belik, dan Sungai Buntung,” kata Aki dalam keterangan resminya belum lama ini.

Dijelaskan Aki, ada dua jenis EWS yang digunakan yakni EWS otomatis, dan EWS manual. EWS otomatis akan langsung berbunyi ketika ketinggian air sungai mencapai batas yang telah ditentukan, yaitu indikator merah (awas). 

Sedangkan, EWS manual bekerja melalui pemantauan langsung oleh petugas BPBD Kota Yogyakarta. Dalam sistem manual ini, katanya, ketinggian air sungai dipantau melalui CCTV di Kantor BPBD. 

“Ketika ketinggian air mulai meningkat, petugas segera memberikan peringatan bahaya kepada masyarakat melalui pengeras suara di lokasi EWS,” kata Aki. 

Dijelaskan bahwa pihaknya memiliki pos pemantauan yang berlokasi di Ngentak, Sinduharjo, Sleman. Pos pemantauan ini dijadikan ujung tombak untuk mengantisipasi potensi bahaya akibat curah hujan yang tinggi. 

“Kemudian kita punya pos di Terban, Sungai Code. Jadi, kalau di pos terjadi peningkatan debit bisa dipantau alirannya seberapa lama sampai sungai Code. Kalau ketinggian air sungai mencapai indikator merah, maka petugas di Pusdalops akan memberi sinyal kepada warga. Dengan begitu, masyarakat pun dapat mempersiapkan diri," jelas Aki.

Pihaknya pun mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan waspada, serta aktif memantau kondisi ketinggian air, terutama saat musim hujan tiba. Keaktifan masyarakat dalam pemantauan dinilai penting, terlebih lagi dengan adanya Kampung Tangguh Bencana (KTB) yang telah dibentuk di wilayah rawan bencana. 

“Dengan kolaborasi antara sistem peringatan dini dan kesadaran masyarakat, risiko bencana banjir dapat ditekan seminimal mungkin,” ucap Aki.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memprediksi awal musim hujan 2024/2025 di DIY akan terjadi pada Oktober 2024. Kepala Stasiun Klimatologi DIY, Reni Kraningtyas mengatakan, awal musim hujan ini diperkirakan sejak Oktober dasarian II hingga November Dasarian II. 

“Apabila dibandingkan dengan rata-ratanya, awal musim hujan 2024/2025 di DIY diprediksi sama enam zona musim (ZOM) atau 75 persen, dan maju 1 dasarian dari rata-ratanya dua ZOM atau 25 persen,” kata Reny belum lama ini.

Reni menuturkan, curah hujan selama Oktober diprediksi berkisar 51-300 milimeter atau masuk kriteria rendah-menengah, dengan sifat hujan bervariasi bawah normal (BN) sampai atas normal (AN).

Sedangkan, curah hujan pada November diprediksi berkisar 151-500 milimeter atau kriteria menengah hingga tinggi dengan sifat hujan bervariasi normal (N) sampai atas normal (AN).

“Curah hujan bulan Desember 2024 diprediksi berkisar 201 sampai lebih dari 500 milimeter (kriteria menengah-sangat tinggi) dengan sifat hujan bervariasi bawah normal (BN)-atas normal (AN),” ucap Reni.

Lebih lanjut, Reni menyebut, puncak musim hujan di DIY diperkirakan akan terjadi pada Desember 2024 nanti dengan rincian satu ZOM (12,5 persen), dan pada Februari 2025 tujuh ZOM  atau 87,5 persen.

Sementara, durasi musim hujan 2024/2025 di DIY diprediksi bervariasi antara 19-24 dasarian. Rinciannya, tujuh ZOM (87,5 persen) pada 19-21 dasarian, dan satu ZOM atau 12,5 persen selama 22-24 dasarian.

“Akhir musim hujan 2024/2025 di DIY diprediksi pada Mei dasarian I hingga dasarian II tahun 2025,” ungkap Reni.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement