REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manchester United (MU) memecat pelatih Erik ten Hag pada hari Senin setelah klub gagal menunjukkan kemajuan di musim ketiga pelatih asal Belanda tersebut, meninggalkan kursi panas yang kosong untuk pelatih baru yang akan mencoba peruntungan di salah satu pekerjaan terberat di Liga Primer Inggris.
Sejak Alex Ferguson mengundurkan diri pada tahun 2013, juara Inggris 20 kali ini belum pernah memenangkan gelar liga meskipun ada beberapa nama besar seperti Louis van Gaal dan Jose Mourinho yang pernah melatih
.
Berikut ini adalah beberapa kandidat yang difavoritkan untuk menggantikan Ten Hag:
Ruben Amorim
Pelatih tim asal Portugal, Sporting, muncul sebagai kandidat terdepan untuk menggantikan Ten Hag setelah United membuka pembicaraan dengan juara Liga Primeira untuk mendapatkan jasa pelatih berusia 39 tahun tersebut, demikian dilaporkan Sky News.
Amorim membawa Sporting menjadi juara pada 2021, mengakhiri puasa gelar liga selama 19 tahun, sebelum memenangkan gelar kedua pada musim lalu.
United bersedia membayar klausul pelepasannya sebesar 10 juta euro atau sekira Rp 170 miliar karena sang pelatih masih terikat kontrak dengan klub Portugal itu hingga 2026, kata laporan itu.
Namun wartawan senior Spanyol Guillem Balague mengaku mendapatkan informasi berbeda. Amorim memang jadi kandidat kuat, tapi ia juga menanti peluang untuk membesut Manchester City karena kontrak Pep Guardiola akan habis akhir musim ini.
"Saya tidak akan berbicara tentang masa depan saya karena jika saya menjawab ya atau tidak, saya harus berkomentar (lebih lanjut). Saya sangat bangga menjadi pelatih Sporting, itu saja," kata Amorim kepada wartawan pada Senin (28/10/2024).
Ruud Van Nistelrooy
Mantan penyerang United ini merupakan pemain favorit para pendukung selama membela klub. Ia mencetak 150 gol untuk Setan Merah dan tidak asing lagi dengan ruang ganti setelah mengambil peran sebagai asisten pelatih musim ini.
Van Nistelrooy akan menggantikan posisi Ten Hag untuk sementara waktu. Namun ini bukanlah pekerjaan besar pertamanya sebagai pelatih. Pelatih asal Belanda ini pernah menangani PSV Eindhoven pada musim 2022/23, membawa timnya menjuarai Piala Belanda dan menempati posisi kedua di Eredivisie.
United akan berharap skuadnya dapat merespons mantan pemain yang mengambil alih dengan cara seperti mantan rekan setim Van Nistelrooy, Ole Gunnar Solskjaer, yang menghidupkan kembali peruntungan klub saat ia masuk sebagai pelatih sementara dan dihadiahi peran permanen.
Xavi Hernandez
Setelah karier yang luar biasa di mana ia memenangkan 25 trofi sebagai gelandang bersama Barcelona, Xavi mengukir prestasi di bidang manajemen di Qatar di mana ia membawa Al-Sadd meraih gelar liga dan beberapa piala sebelum ia kembali ke klub Katalunya pada November 2021.
Pada musim pertamanya, Barca berhasil kembali ke jalur perebutan gelar La Liga dengan empat pertandingan tersisa. Padahal klub sedang mengalami krisis keuangan yang parah, saat mereka mengakhiri puasa gelar selama empat tahun. Ia membawa stabilitas yang sangat dibutuhkan.
Klub berada dalam masa-masa sulit setelah kepergian sang megabintang Lionel Messi. Namun Xavi berhasil membalikkan keadaan dengan skuad yang kaya akan pengalaman dan pemain muda sebelum ia dipecat awal tahun ini setelah musim yang penuh gejolak.
Kepercayaan diri Xavi dalam mengembangkan produk akademi mungkin akan menguntungkan United, yang telah membanggakan diri mereka sendiri karena memiliki pemain muda yang secara konsisten menembus tim utama pada masa lalu.
Gareth Southgate
Mantan pelatih Inggris ini telah bangkit sejak mengundurkan diri setelah kekalahan the Three Lions di final Euro 2024 pada Juli lalu. Meskipun gagal meraih sebuah trofi, dia telah melakukan hal yang tidak dapat dilakukan oleh banyak pelatih lainnya, yaitu meraih kemenangan di pertandingan-pertandingan penting dengan sebuah tim yang kaya akan pemain bertalenta.
Setelah generasi emas Inggris tersendat di turnamen-turnamen besar, skuad muda Southgate menghapus kenangan menyakitkan dan memberikan harapan kepada negara dengan melaju jauh di berbagai turnamen - termasuk semifinal Piala Dunia dan posisi runner-up di dua Euro terakhir.
Meskipun dikritik karena terlalu pragmatis, pendekatan Southgate mungkin merupakan hal yang dibutuhkan United setelah beberapa manajer gagal untuk meninggalkan jejak mereka di tim yang tidak memiliki identitas taktis yang nyata.
Thomas Frank
Pelatih asal Denmark ini membawa Brentford ke Liga Primer untuk pertama kalinya pada tahun 2021. Sejak saat itu, ia membuat mereka tetap kompetitif di divisi utama dengan gaya permainan yang atraktif dan bahkan berhasil finis di posisi 10 besar pada musim 2022/23.
Prestasinya terlepas dari kekurangan finansial The Bees dan nasib buruk dengan cedera dan skorsing telah mendapatkan pujian dari manajer seperti Pep Guardiola. Pep mengatakan bahwa hanya "masalah waktu" sebelum Frank mengelola klub besar Eropa.
Namun, Frank mengatakan bahwa ia menikmati kebebasan yang ia miliki di Brentford, di mana gaya manajemennya selaras dengan kepemimpinan dan budaya klub. Dengan begitu, proyek United harus menarik baginya jika ia ingin pindah.
"Banyak hal bisa terjadi dan Anda bisa saja menginginkan inspirasi baru, mungkin Anda menemukan inspirasi lain di klub Anda dan Anda bertahan," ujar Frank dalam podcast Sports Agents pekan lalu saat ia dikaitkan dengan pekerjaan di United.
"Yang pasti, jika saya mendapat tawaran untuk pergi ke klub besar dan saya memutuskan untuk pergi ke sana, itu mungkin tidak akan membuat hidup saya lebih baik. Saya pikir kita semua tahu itu. Mungkin itu adalah tantangan yang perlu Anda coba."
Kieran McKenna
Saat Ipswich Town melejit ke level yang menakjubkan dalam dua musim saat mereka mengamankan promosi dua kali beruntun untuk naik dari divisi tiga ke Liga Primer tahun ini. Manajer Ipswich Kieran McKenna tiba-tiba menjadi properti panas di sepak bola Inggris.
Pria berusia 38 tahun itu dikaitkan dengan Brighton & Hove Albion, yang jarang salah dalam menunjuk manajer dalam beberapa tahun terakhir. Chelsea juga disebut-sebut meminatinya sebelum pria Irlandia Utara itu memperpanjang masa tinggalnya di Ipswich menjelang musim kompetisi 2023/24.
McKenna sebelumnya pernah melatih tim MU U-18 sebelum menjadi asisten manajer di Old Trafford hingga ia hengkang pada Desember 2021 saat menerima tantangan di Ipswich. Saat itu, Ipswich berada di peringkat ke-12 di League One (kompetisi level ketiga Inggris).
Namun, setelah kebangkitan gemilang Ipswich, mereka belum pernah memenangkan pertandingan Liga Primer setelah sembilan putaran, duduk di zona degradasi dengan empat poin meskipun menghabiskan lebih dari 100 juta pound atau sekira Rp 2,04 triliun untuk pemain baru.
Meski demikian, pendekatan taktis McKenna dengan tekanan tinggi menjadi angin segar dan dapat menyegarkan tim United yang sering terlihat tidak terorganisas tanpa struktur yang jelas dan jarang mengancam untuk mencetak banyak gol di bawah asuhan Ten Hag.
Satu kendala yang harus diatasi United adalah kontrak McKenna di Ipswich berlaku hingga 2028.