REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Pangandaran tengah giat meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana gempa bumi dan tsunami di zona Megathrust. Salah satunya, kegiatan sosialisasi dan pemberian edukasi setidaknya kepada 200 peserta dari unsur Perangkat Daerah (terkait kebencanaan), relawan, pelaku wisata serta berbagai kelompok dan komunitas yang dilaksanakan di Aula Hotel Krisna Beach, Pangandaran pada Rabu (23/10/2024).
Pjs Bupati Pangandaran Drs. Benny Bachtiar yang berkesempatan hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan bahwa kondisi geografis Pangandaran yang berbatasan langsung dengan lautan harus siap siaga dengan segala potensi bencana yang mungkin terjadi.
“Acara ini adalah untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana, karena kita tahu kondisi geografi Kabupaten Pangandaran berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, menjadikan daerah kita rawan gempa bumi dan tsunami," ungkapnya.
Ia juga mengajak seluruh peserta untuk aktif memberikan edukasi kepada masyarakat terutama wisatawan yang datang.
“Pangandaran menjadi tujuan wisata bahari yang utama di Jawa Barat, maka perlu kita bersama-sama untuk mengantisipasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat dan wisatawan yang datang ke Pangandaran," katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pangandaran Untung Saeful Rokhman memaparkan materi secara komprehensif dimulai dari definisi gempa bumi dan tsunami, tanda-tanda yang terjadi, hingga skenario ancaman gempa bumi dan tsunami yang telah disimulasikan oleh BMKG. Pemaparan materi juga dilengkapi berbagai hasil penelitian teraktual terkait potensi ancaman Megathrust di Selat Sunda dan selatan Pulau Jawa.
“Bencana tidak dapat dicegah tapi dapat dikurangi dalam artian risiko dampaknya," ucapnya.
Terdapat kriteria gempa yang dapat menimbulkan tsunami, pertama lokasi episenter gempa terletak di laut, kedua kedalaman gempa yang relatif dangkal (depth <60 km), ketiga magnitudo besar Mw > 7, terjadi deformasi vertikal di dasar laut dengan mekanisme sesar naik dan sesar turun.
Ia juga mengungkapkan bahwa Pangandaran sudah memiliki perangkat pendukung dalam memitigasi bencana diantaranya 5 Early Warning System (EWS), 1400 rambu evakuasi di sepanjang wilayah pesisir pantai, shelter/TES, transportasi dan peralatan kebencanaan, kesiapan medis, logistik serta keamanan.
Adanya sosialisasi dan edukasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan masyarakat dalam menghadapi segala potensi bencana. Sehingga, dampak buruknya dapat diminimalisasi.
Selain itu, dengan langkah-langkah mitigasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi korban jiwa, kerugian material, dan trauma psikologis yang mungkin timbul
Sosialisasi ini diharapkan menjadi kunci utama agar masyarakat dapat mengadopsi Budaya Sadar Bencana serta meningkatkan kesiapsiagaan individu dan keluarga dalam menghadapi situasi darurat akibat bencana gempa bumi dan tsunami Megathrust.