Ahad 03 Nov 2024 12:20 WIB

UNIFIL Bantah Terlibat dalam Penculikan Kapten Laut Lebanon oleh IDF

Video aksi penculikan oleh IDF terhadap kapten laut Lebanon viral di media sosial.

Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.
Foto: REUTERS/Thaier Al-Sudani
Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) membantah keterlibatan dalam penculikan seorang pria yang merupakan kapten laut Lebanon dalam operasi yang diduga dilakukan Israel di utara ibu kota Lebanon, Beirut. Video aksi penculikan oleh IDF viral di media sosial.

"UNIFIL tidak terlibat dalam memfasilitasi penculikan atau pelanggaran lain terhadap kedaulatan Lebanon," kata Juru Bicara Deputi, UNIFIL, Kandice Ardiel dalam sebuah pernyataan, Sabtu (2/11/2024).

Baca Juga

Ardiel mengingatkan bahwa adanya disinformasi dan rumor palsu adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab dan membahayakan para penjaga perdamaian. Pasukan keamanan Lebanon mengatakan pada Sabtu bahwa otoritas sedang menyelidiki apakah Israel terlibat dalam operasi angkatan laut yang menyebabkan seorang pria diculik di Batroun, sekitar 30 kilometer di utara Beirut pada Jumat (1/11/2024).

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi Lebanon, Ali Hamie, membantah bahwa pria yang diculik itu merupakan seorang komandan Hezbollah dengan mengatakan bahwa dia adalah seorang kapten laut Lebanon. Menteri tersebut mengatakan bahwa penculikan itu terjadi hanya 100 meter dari kediamannya. Dia menegaskan bahwa jika sudah dipastikan bahwa pria tersebut diculik dalam operasi penyusupan angkatan laut, maka pelaksanaan Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB perlu dipertanyakan ke depannya.

Hamie menuturkan berdasarkan Resolusi 1701 yang diadopsi pada 11 Agustus 2006, misi pasukan PBB di sana adalah untuk secara teratur memantau pesisir Lebanon dari Kota Naqoura hingga Aarida. Resolusi 1701 menuntut penghentian total permusuhan antara Lebanon dan Israel serta pembentukan zona demiliterisasi antara Garis Biru (batas de facto antara Lebanon dan Israel) dan Sungai Litani yang hanya memperbolehkan angkatan bersenjata Lebanon dan UNIFIL untuk memiliki senjata dan peralatan militer di area tersebut.

Israel telah meningkatkan serangan udara di Lebanon sejak akhir September terhadap apa yang diklaimnya sebagai target Hezbollah, dalam eskalasi dari perang lintas batas yang berlangsung selama setahun antara Israel dan Hezbollah sejak dimulainya ofensif brutal Israel di Jalur Gaza. Hampir 2.900 orang tewas dan lebih dari 13.000 terluka dalam serangan Israel sejak Oktober lalu, menurut otoritas kesehatan Lebanon.

Israel memperluas konflik dengan meluncurkan serangan ke selatan Lebanon pada 1 Oktober.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement