Rabu 06 Nov 2024 07:55 WIB

Satelit Kayu Pertama Buatan Jepang Meluncur ke Luar Angkasa

Satelit kayu Lignosat dilepaskan ke orbit sekitar 400 kilometer di atas bumi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Satelit kayu Lignosat buatan Jepang. Satelit kayu pertama di dunia, yang dikembangkan oleh para peneliti Jepang, telah diluncurkan ke luar angkasa pada Selasa (5/11/2024).
Foto: Dok. Kyodo
Satelit kayu Lignosat buatan Jepang. Satelit kayu pertama di dunia, yang dikembangkan oleh para peneliti Jepang, telah diluncurkan ke luar angkasa pada Selasa (5/11/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Satelit kayu pertama di dunia, yang dikembangkan oleh para peneliti Jepang, telah diluncurkan ke luar angkasa pada Selasa (5/11/2024). Peluncuran ini menjadi langkah awal dalam menguji potensi penggunaan kayu dalam eksplorasi bulan dan Mars.

Diberi nama LignoSat, satelit ini merupakan hasil kerja sama antara Universitas Kyoto dan perusahaan konstruksi Sumitomo Forestry. LignoSat diterbangkan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional dalam misi SpaceX, dan kemudian dilepaskan ke orbit sekitar 400 kilometer di atas bumi.

Baca Juga

LignoSat yang hanya berukuran kecil sebesar telapak tangan, dirancang untuk menunjukkan potensi kosmik dari material terbarukan tersebut dalam mengeksplorasi kehidupan di luar angkasa. "Dengan kayu, material alami yang bisa kita produksi sendiri, kita akan dapat membangun rumah, kehidupan, dan bekerja di luar angkasa selamanya," kata Takao Doi, seorang mantan astronot yang telah terbang dengan pesawat ulang alik dan mempelajari aktivitas luar angkasa manusia di Universitas Kyoto.

Dengan rencana 50 tahun untuk menanam pohon dan membangun rumah kayu di bulan dan Mars, tim Doi memutuskan untuk mengembangkan satelit kayu bersertifikasi NASA untuk membuktikan bahwa kayu adalah material yang layak digunakan di luar angkasa. Profesor ilmu kehutanan Universitas Kyoto, Koji Murata, mengungkapkan bahwa pesawat terbang awal tahun 1900-an terbuat dari kayu. Karenanya penggunaan kayu untuk satelit seharusnya memungkinkan.

“Kayu lebih tahan lama dibandingkan di bumi karena tidak ada air dan oksigen yang dapat merusak atau membakarnya,” kata Murata seperti dilansir Reuters, Rabu (6/11/2024).

Penggunaan kayu sebagai bahan baku satelit juga diyakini bisa mengurangi dampak lingkungan pada akhir masa pakainya. Saat kembali ke atmosfer, satelit kayu seperti LignoSat hanya akan terbakar tanpa mencemari lingkungan. Berbeda dengan satelit konvensional yang terbuat dari logam, di mana mereka akan menghasilkan partikel aluminium oksida selama memasuki kembali atmosfer.

"Satelit logam mungkin akan dilarang pada masa mendatang. Kami ingin membuktikan bahwa satelit kayu pertama ini berfungsi. Jika berhasil, kami ingin mengajukannya ke SpaceX milik Elon Musk,” kata Doi.

Para peneliti menemukan bahwa honoki, sejenis pohon magnolia asli Jepang dan secara tradisional digunakan untuk sarung pedang, paling cocok untuk wahana antariksa, setelah percobaan selama 10 bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional. LignoSat terbuat dari honoki, menggunakan teknik kerajinan tradisional Jepang tanpa sekrup atau lem.

LignoSat akan tetap berada di orbit selama enam bulan, dengan komponen elektronik di dalamnya mengukur seberapa kuat kayu bertahan di lingkungan luar angkasa yang ekstrem, di mana suhu berfluktuasi dari minus 100 hingga 100 derajat Celsius setiap 45 menit.

Selain itu, LignoSat juga akan mengukur kemampuan kayu untuk mengurangi dampak radiasi luar angkasa pada semikonduktor, sehingga berguna untuk aplikasi seperti konstruksi pusat data. "Mungkin tampak ketinggalan zaman, tetapi kayu sebenarnya adalah teknologi mutakhir saat peradaban menuju bulan dan Mars,” kata manajer di Institut Penelitian Sumitomo Forestry Tsukuba.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement