Rabu 06 Nov 2024 16:52 WIB

Dosen UMS Soroti Pentingnya Kolaborasi Internasional di QS Higher Ed Summit Asia Pasifik

Pengabdian kepada masyarakat adalah bentuk keterlibatan global yang dilakukan dosen.

Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Nisa Rachmah Nur Anganthi, M.Si, Psikolog., menjadi salah satu presenter dalam acara Quacquarelli Symonds (QS) Higher Ed Summit Asia Pasifik 5-7 November 2024, di Macau University of Science and Technology (MUST), Macau SAR, Cina.
Foto: Humas UMS
Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Nisa Rachmah Nur Anganthi, M.Si, Psikolog., menjadi salah satu presenter dalam acara Quacquarelli Symonds (QS) Higher Ed Summit Asia Pasifik 5-7 November 2024, di Macau University of Science and Technology (MUST), Macau SAR, Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, MACAU -- Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Nisa Rachmah Nur Anganthi, M.Si, Psikolog., menjadi salah satu presenter dalam acara Quacquarelli Symonds (QS) Higher Ed Summit Asia Pasifik 5-7 November 2024, di Macau University of Science and Technology (MUST), Macau SAR, Cina.

Nisa Rachmah Nur Anganthi membahas mengenai topik “Global Engagement in Research and Community Service: Pathway to Equity and Quality Outcome”.

“Kolaborasi adalah proses melibatkan banyak orang, kelompok, dan organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut berbagai riset, setiap negara tentu membutuhkan negara lain dan kolaborasi penelitian internasional ini semakin penting bagi pengembangan pengetahuan dan teknologi di Indonesia,” paparnya saat live presentation breakout room 2, di MUST, Macau, Rabu, (11/6/2024).

Dia juga menambahkan selain penelitian internasional, pengabdian kepada masyarakat juga merupakan bentuk keterlibatan global yang dilakukan oleh dosen di Perguruan Tinggi melalui konseling interaktif dan diskusi kelompok terfokus.

Dalam penyampaian presentasi, Dosen Psikologi UMS itu menekankan bahwa permasalahannya adalah ketimpangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, metode, dan sumber daya untuk melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

“Berbagai tantangan yang teridentifikasi meliputi nuansa budaya, standardisasi akademis, kompleksitas logistik, dan kendala keuangan," katanya menambahkan.

photo
Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Nisa Rachmah Nur Anganthi, M.Si, Psikolog., menjadi salah satu presenter dalam acara Quacquarelli Symonds (QS) Higher Ed Summit Asia Pasifik 5-7 November 2024, di Macau University of Science and Technology (MUST), Macau SAR, Cina. - (Humas UMS)

Dengan demikian, lanjutnya, penting untuk meningkatkan kesadaran akan kesetaraan dan kemitraan di antara anggota dan untuk mengingatkan orang-orang bahwa masih ada kesenjangan dalam kolaborasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

“Solusi dari persoalan ini adalah kerjasama berdasarkan kebutuhan, kesetaraan, dan skala prioritas melalui program benchmark dengan negara-negara lain," ujarnya.

Menurutnya, kesetaraan dan keselarasan dalam hubungan antar negara, outsourcing, dan teknologi, serta penyelesaian masalah secara komprehensif.

Dosen UMS itu juga memaparkan ilustrasi yang menggambarkan lima tahapan kerja sama global untuk mengatasi permasalahan bersama. Tahap pertama adalah terjalinnya kerjasama, tahap selanjutnya adalah identifikasi kebutuhan dan faktor terkait, tahap ketiga adalah kunjungan antar negara, tahap keempat adalah implementasi dan adaptasi program, dan tahap terakhir adalah presentasi program dan evaluasi temuan.

“Terdapat kesenjangan dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, metode, dan sumber daya untuk melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kesetaraan dan keselarasan dalam hubungan antarnegara, alih daya, dan teknologi, serta penyelesaian masalah secara menyeluruh diperlukan untuk menjawab kebutuhan kolaborasi internasional," katanya.

Kerja sama ini, lanjutnya, harus didasarkan pada kebutuhan, kesetaraan, dan skala prioritas melalui program benchmark dan sit-in di negara-negara anggota.

"Untuk memanfaatkan potensi kolaborasi yang besar, universitas harus memprioritaskan inisiatif kesadaran budaya, membangun kerangka kerja adaptif untuk jaminan kualitas akademis, memanfaatkan teknologi untuk manajemen proyek yang efisien, dan mengeksplorasi model pendanaan yang inovatif," ujar Dosen UMS itu.

Tiga elemen penting yang terkandung dalam kolaborasi yang efektif adalah kompetensi, komitmen, dan kepercayaan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement