Rabu 06 Nov 2024 17:49 WIB

Rupiah Loyo, Terdampak Pilpres AS yang Diungguli Donald Trump 

Rupiah melemah 84 poin atau 0,53 persen menuju level Rp 15.832,5 per dolar AS.

Rep: Eva Rianti / Red: Gita Amanda
Nilai tukar mata uang rupiah mengalami kontraksi pada perdagangan Rabu (6/11/2024). (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Nilai tukar mata uang rupiah mengalami kontraksi pada perdagangan Rabu (6/11/2024). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar mata uang rupiah mengalami kontraksi pada perdagangan Rabu (6/11/2024). Pengamat menilai, pelemahan Mata Uang Garuda lantaran terdampak dinamika pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) yang diungguli oleh Donald Trump. 

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 84 poin atau 0,53 persen menuju level Rp 15.832,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu (6/11/2024). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah juga lesu di level Rp 15.748 per dolar AS. 

Baca Juga

“Pasar bersiap untuk masa jabatan kedua Trump yang mengungguli Kamala Haris dalam pemilihan presiden 2024 dan berpotensi mempertahankan suku bunga tetap tinggi dan dolar tetap kuat di tahun-tahun mendatang serta kembali melonjaknya imbal hasil treasury,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Rabu (6/11/2024). 

Penghitungan suara awal telah menunjukkan Trump unggul dengan 230 suara elektoral, sementara Harris unggul di 192 suara. Associated Press juga menyatakan bahwa Trump telah memenangkan North Carolina, negara bagian medan pertempuran utama, dan unggul di negara bagian lain yang menjadi penentu, termasuk Arizona, Pennsylvania, Wisconsin, dan Michigan. 

“Trump secara luas diperkirakan akan memberlakukan lebih banyak kebijakan inflasi, mengingat pendiriannya tentang perdagangan proteksionis dan imigrasi. Skenario seperti itu diperkirakan akan membuat suku bunga relatif lebih tinggi dalam jangka panjang,” jelasnya. 

Namun, Ibrahim menuturkan, dengan penghitungan suara yang masih jauh dari selesai di enam negara bagian medan pertempuran lainnya, hasil pemilu masih belum pasti. Fokus minggu ini juga tertuju pada pertemuan Federal Reserve, yang mana bank sentral secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.

Ibrahim melanjutkan, di sisi lain, prospek kemenangan Trump menghadirkan lebih banyak tekanan ekonomi pada China. Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif perdagangan yang tinggi pada China, yang menandakan lebih banyak tekanan ekonomi pada negara itu saat bergulat dengan deflasi yang terus-menerus dan penurunan pasar properti yang berkepanjangan. 

Sentimen dalam negeri 

Selain terdampak sentimen eksternal, nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor internal. Diantaranya, adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat pada kuartal III/2024. Melemahnya pertumbuhan ini tak lepas dari melandainya konsumsi rumah tangga Indonesia. 

“Hal ini menjadi permulaan yang kurang baik bagi Presiden Prabowo Subianto diawal masa pemerintahannya. Terlebih, konsumsi adalah mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar dia. 

Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui telah merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia  melandai ke angka 4,95 persen (yoy) pada kuartal III/2024, atau terburuk dalam setahun terakhir. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal II/2024 yang berada di angka 5,05 persen, dan posisi ini juga merupakan yang terendah sejak kuartal III/2023 yang pada saat itu tumbuh sebesar 4,94 persen (yoy).

Jika dilihat berdasarkan pengeluaran, tampak konsumsi rumah tangga tumbuh tak sampai 5 persen atau tepatnya 4,91 persen yoy. Padahal konsumsi  menyumbang 53,08 persen terhadap total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Pertumbuhan konsumsi pada kuartal III/2024 juga di bawah data historisnya yakni 5 persen.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada Juli—September 2024 setara dengan kuartal I/2024, dan merupakan terburuk sejak kuartal IV/2023. Penurunan konsumsi rumah tangga besar dipengaruhi oleh faktor musiman. Pada dua kuartal sebelumnya ada momen Ramadan, Idulfitri dan libur panjang akhir pekan.

Melandainya konsumsi rumah tangga itu disebabkan ada enam subsektor penopang konsumsi rumah tangga yang melandai yakni restoran dan hotel, transportasi dan komunikasi, serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga. Sementara sisanya tercatat mengalami kenaikan.

“Untuk perdagangan  besok (Kamis, 7 November 2024), mata uang rupiah diproyeksikan fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp 15.820-Rp 15.920 per dolar AS,” kata Ibrahim. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement