Kamis 14 Nov 2024 16:59 WIB

Panglima Perang Persia Masuk Islam Usai Menghadap Khalifah Umar

Islam berhasil menaklukkan Persia pada masa khalifah Umar.

Panglima perang Persia masuk Islam usai menghadap Khalifah Umar  (Ilustrasi)
Foto: Dok Republika.co.id
Panglima perang Persia masuk Islam usai menghadap Khalifah Umar (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Khosrow II merupakan raja ke- 24 dari Dinasti Sasaniyah. Wangsa tersebut telah memerintah Kekaisaran Persia sejak awal abad ketiga Masehi. Kematiannya pada 28 Februari 628 menjadi petanda ajal bagi kerajaannya pula.

Hanya perlu 23 tahun sejak tewasnya Khosrow II untuk menyaksikan hancur leburnya Kekaisaran Persia.

Baca Juga

Dalam tempo dua dekade itu, kerajaan yang menganut agama Majusi tersebut mengalami belasan kali pergantian kepemimpinan.

Empat dinasti yang berbeda saling berebut takhta sehingga semakin mem perlemah sendi-sendi pertahanan negeri itu.

Dalam keadaan rapuh demikian, Persia sesungguhnya sangat rentan dihabisi Bizantium.

Akan tetapi, bukan kerajaan Nasrani itu yang menyudahi riwayat Persia. Justru Islam-lah yang mampu merebut kedaulatan negeri di Dataran Tinggi Iran itu pada abad ketujuh.

Sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 632, kaum Muslimin dipimpin Abu Bakar ash-Shiddiq.

Selama masa pemerintahannya, sang khalifah berhasil mengukuhkan persatuan umat Islam di seluruh Jazirah Arab.

Sahabat yang juga mertua Rasulullah SAW itu memulai ekspedisi militer untuk melawan kekuatan Persia di sekitar Sungai Eufrat dan Tigris pada 633.

Satu tahun kemudian, ayahanda sang ummul mu`minin Aisyah itu berpulang ke rahmatullah.

Kepemimpinannya dilanjutkan Umar bin Khattab. Sosok bergelar al-Faruq itu pun meneruskan kebijakan Abu Bakar untuk menghalau Persia.

Bagaimanapun, strategi yang diterapkannya cenderung defensif, yakni semata-mata mempertahankan wilayah Mesopotamia atau Irak.

Waktu itu, pasukan Islam yang dipimpin Sa'ad bin Abi Waqqash bertugas mengamankan Irak.

Panglima Persia, Hormuzan, sudah menyingkir bersama pasukannya ke timur. Umar ingin agar Sa'd tidak perlu mengejar balatentara Persia.

Akan tetapi, kebijakan sang amirul mu`minin dimaknai berbeda oleh Hormuzan, yang menyangka bahwa Muslimin takut kepadanya.

Ia lalu memprovokasi letupan-letupan konflik di perbatasan Irak sehingga mengganggu ketenteraman penduduk setempat.

Gelombang pertempuran pun tak terhindarkan. Pasukan Islam berhasil mematahkan kekuatan tentara Hormuzan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement