REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Peristiwa bunuh diri masih kerap terjadi belakangan ini. Ada anak muda, mahasiswa? hingga orang tua, nekat mengakhiri hidup dengan berbagai alasan yang melatarbelakangi kehidupan mereka.
Fenomena ini tentu saja menjadi perhatian serius, termasuk dari Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrurrozi. Pria yang akrab disapa Gus Fahrur ini sangat menyayangkan kejadian-kejadian tersebut. Di mana dalam sudut pandangnya, perilaku (bunuh diri) hanya muncul ketika keimanan seseorang tidak cukup kuat dan tidak menjadikan Allah sebagai tempat bersandar.
“Ketakutan yang tidak perlu dan tidak ada sandaran hati kepada Allah SWT, sesulit apapun hidup akan ada solusinya, ada kekuatan menghadapi semua masalah jika manusia punya iman,” kata Gus Fahrur, beberapa waktu lalu.
Padahal sebagai seorang Muslim, lanjut dia, seharusnya sudah paham bahwa Islam melarang perbuatan yang demikian. Perbuatan bunuh diri adalah dosa dan merupakan suatu penyimpangan sosial.
“Karena dalam pandangan norma agama, manusia harus beriman, sabar dan tawakal menjalani kehidupan dalam takdir baik atau buruk yang harus diterima. Taat menjalani perintah dan menjauhi larangan-larangan yang bersumber dari ajaran agamanya,” tuturnya.
Jika memang hidup terasa amat berat, masalah yang tak berkesudahan, dan ketakutan-ketakutan lain yang terus menggerogoti, Gus Fahrur mengingatkan, agar kita jangan pernah lepas dari selalu berdzikir dan berdoa kepada Allah dengan mengucapkan:
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
Hasbunallah wa nikmal wakil.
“Cukuplah Allah (sebagai penolong) bagiku, dan Dia sebaik-baiknya pelindung”
Doa ini merupakan bentuk kepasrahan kita kepada Allah sekaligus menjadikan Allah sebagai satu-satunya tempat bersandar.
Menurut Gus Fahrur, doa ini adalah doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim as ketika hendak dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud. Nabi Ibrahim menyerahkan jiwa dan raganya kepada Allah swt, dan doa tersebut menjadikan api itu seketika dingin hingga tidak sedikitpun membakar kulit Nabi Ibrahim.
“Jadi, takdir Allah pasti yang terbaik, setelah gelap pasti ada terang, percaya kekuatan Allah SWT yang Maha Pengasih dengan banyak memohon, banyak istighfar dan sholawat. Baca doa Nabi Ibrahim ketika dibakar hidup-hidup oleh raja Namrud, yaitu dzikir: Hasbunallah wa nikmal wakil, kemudian perbanyak kawan pergaulan yang positif, aktif ikut kegiatan kerja bakti sosial dan keagamaan agar terhibur,” ujar Gus Fahrur.