Jumat 22 Nov 2024 21:10 WIB

Ketum PBNU: Zionisme Klaim Kepemilikan Tanah Berdasarkan Wacana Agama

Wawasan keagamaan di tingkat masyarakat harus menjadi salah satu target pembenahan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat membuka Konferensi Besar (Konbes) NU dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU yang merupakan rangkaian dari Harlah ke-101 NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, Senin (29/1/2024).
Foto: Republika/Silvy Dian Setiawan
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat membuka Konferensi Besar (Konbes) NU dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU yang merupakan rangkaian dari Harlah ke-101 NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, Senin (29/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, agama merupakan salah satu masalah utama konflik, meski tidak selalu menjadi masalah paling utama. Menurut dia, memang ada faktor ekonomi atau politik, tetapi faktor agama tidak bisa diabaikan. 

"Kita ingat bahwa zionisme itu mengklaim hak kepemilikan tanah itu berdasar wacana agama," ujar kiai yang biasa dipanggil Gus Yahya ini dalam diskusi panel "Humanitarian Islam dan Pendekatan Agama terhadap Perdamaian di Timur Tengah" yang digelar di Kantir PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (22/11/2024).

Baca Juga

Karena itu, menurut Gus Yahya, wawasan keagamaan di tingkat masyarakat harus menjadi salah satu target pembenahan untuk mengatasi problem konflik secara lebih utuh. 

"Pemerintah Mesir dan Israel, misalnya, bisa saja menjalin kesepakatan sebagaimana pernah terjadi, tapi kalau masyarakatnya belum di-address (diatasi permasalahannya, red), akan muncul perlawanan dari dalam terhadap pemerintah yang bersepakat itu," jelas dia.

Diskusi panel juga menghadirkan Luhut Binsar Panjaitan sebagai pembicara kunci. Dalam pidatonya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional Indonesia ini menyampaikan, aktif di berbagai forum global guna menyuarakan perdamaian dunia, mulai dari Konferensi Islam Asia Afrika di 1965 hingga kerja sama pada G20 atas Religion of Twenty (R20).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement