Kamis 28 Nov 2024 10:26 WIB

Inilah Penjelasan Pakar Tentang Bahaya Sebenarnya Mikroplastik bagi Kesehatan Manusia

Menurut studi Ifremer, sekitar 24.400 miliar mikroplastik mengapung di permukaan laut.

Rep: kpo/ Red: Partner
.
Foto: network /kpo
.

risetku
risetku

Bukan rahasia lagi: saat kita menikmati sepotong ikan lezat atau sepiring hidangan laut, kita tidak hanya mengonsumsi omega-3 dan vitamin D yang berharga.

Di samping manfaat ini, ada unsur yang kurang menggugah selera – mikroplastik dan nanoplastik yang tak terhitung jumlahnya.

Partikel plastik ini, yang berukuran kurang dari 5 milimeter, memasuki lautan kita melalui limbah manusia dan menembus rantai makanan. Menurut studi Ifremer, sekitar 24.400 miliar mikroplastik mengapung di permukaan laut.

Partikel ini ditemukan di semua organisme laut – dari mikroalga hingga ikan, yang menempati tingkat rantai makanan yang lebih tinggi.

Fenomena ini tidak hanya mengancam ekosistem laut tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang potensi risiko bagi kesehatan manusia.

Apa sebenarnya yang kita ketahui tentang akumulasi polutan ini dalam kehidupan laut dan bahayanya bagi kesehatan manusia?

Mikro dan nanoplastik: ancaman yang tak terlihat

Sejak tahun 1950-an, produksi plastik telah tumbuh secara eksponensial, mencapai 58 juta ton di Eropa pada tahun 2022 saja. Hal ini telah menyebabkan sejumlah besar limbah.

Seiring waktu, angin, ombak, sinar matahari, dan mikroorganisme memecah limbah plastik yang lebih besar menjadi mikroplastik (1–5 mm) dan nanoplastik (lebih kecil dari 100 nanometer), yang sekarang mencemari semua bagian lingkungan, termasuk udara, tanah, dan air.

Proses di mana plastik ini terakumulasi dalam organisme di berbagai tingkatan rantai makanan dikenal sebagai 'bioakumulasi'.

Penelitian dari laboratorium kami mengungkapkan bahwa di lingkungan perairan, mikro dan nanoplastik tertelan oleh berbagai spesies – dari mikroalga di dasar rantai makanan hingga predator puncak seperti belut.

Dampak pada kehidupan laut

Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menyebabkan efek toksik pada hewan laut.

Misalnya, pada kerang, mikroplastik dapat menyumbat sistem pencernaan, mengaktifkan respons imun, menyebabkan kerusakan DNA, dan mengganggu ekspresi gen yang penting bagi berbagai fungsi seluler.

Tingkat keparahan dampak ini bergantung pada ukuran, komposisi, tingkat degradasi, dan bahan kimia tambahan berbahaya yang mungkin dikandungnya.

Plastik sering kali mengandung ftalat tingkat tinggi, yang merupakan pengganggu endokrin.

Bahan kimia ini dapat mengganggu sistem hormonal, yang menimbulkan risiko tidak hanya bagi kehidupan laut, tetapi juga bagi manusia.

Risiko bagi kesehatan manusia

Plastik yang tertelan oleh hewan laut pasti masuk ke dalam persediaan makanan kita.

Konsumen makanan laut yang sering mengonsumsi diperkirakan menelan ribuan partikel mikroplastik setiap tahunnya.

Meskipun penelitian tentang dampak kesehatan yang tepat pada manusia masih berlangsung, beberapa hipotesis yang meresahkan telah muncul.

Begitu masuk ke dalam tubuh manusia, partikel-partikel ini dapat menyebabkan kerusakan yang mirip dengan yang diamati pada ikan.

Penelitian pada sel manusia menunjukkan bahwa mikroplastik dan nanoplastik dapat mengganggu fungsi seluler dengan cara yang mirip dengan dampak yang terlihat pada organisme laut.

Para ilmuwan khususnya prihatin dengan dampak racun dari bahan tambahan plastik.

Selain itu, mikro dan nanoplastik dapat berperan sebagai pembawa patogen atau bakteri, yang berpotensi meningkatkan risiko penyakit menular.

Urgensi untuk mengatasi bioakumulasi plastik dalam rantai makanan tidak dapat dilebih-lebihkan.

Dengan mengambil tindakan cepat untuk membatasi penggunaan plastik dan meningkatkan teknologi daur ulang, kita dapat memperlambat perkembangan krisis lingkungan dan kesehatan ini. (kpo)

sumber : https://impresiupdate.id/posts/489985/inilah-penjelasan-pakar-tentang-bahaya-sebenarnya-mikroplastik-bagi-kesehatan-manusia
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement