MAGENTA -- Pernahkah kamu mengalami, ada seekor lalat jatuh ke dalam cangkir kopi yang sedang kamu nikmati? Jika iya, bisa jadi kamu bimbang antara tetap menyeruput kopi tersebut, atau menggantinya dengan secangkir kopi baru.
Ternyata menurut sebuah hadits, apabila ada lalat jatuh tercelup ke dalam minuman, boleh tetap meminumnya setelah menenggelamkan keseluruhan lalat tersebut, kemudian membuang lalat tersebut.
Hadits shahih tersebut diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Imam Abu Daud, Imam Nasai, Imam Ad-Darami, dan Imam Ibnu Hanbal yang bunyinya: "Jika ada lalat yang hinggap di bejana kalian, maka hendaklah ia mencelupkan seluruh tubuh lalat itu dan kemudian membuangnya."
Namun demikian, sebagian orang menilai hadits tentang lalat tersebut adalah palsu. Orang yang menyerang hadits shahih ini biasanya menggunakan sosok Abu Hurairah r.a. sebagai dalih yang mereka gunakan.
BACA JUGA: Ketika Hadits Mencuci Tangan Setelah Bangun Tidur Dibilang Palsu
"Bahkan ilmuwan sekaliber Maurice Bucaille yang bukunya pernah kita terjemahkan dengan penuh rasa hormat, menganggap umat Islam bersedia menerima hadits ini disebabkan kebodohan mereka," tulis Muhammad Gethullah Gulen dalam bukunya yang berjudul Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia terbitan Republika.
Mereka yang pertama kali menolak hadits ini adalah para pemimpin kaum Muktazilah. Menurutnya, hadits ini tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan pada saat itu. Kemudian muncullah kaum orientalis dan beberapa ilmuwan abad dua puluh yang mengikuti jejak kaum Muktazilah.
Padahal, semua sahabat Nabi dan umat Islam telah menerima hadits tersebut sebagai kebenaran. Dan, para ulama hadits sama sekali tidak pernah menyangkal keshahihan hadits soal lalat hingga akhirnya sampai ke tangan kita.
Kemudian jika dicermati, hadits ini sebenarnya menjadi bukti kebenaran risalah Rasulullah SAW. Sebab pada empat belas abad lalu, tidak ada seorang pun yang mengetahui lalat adalah salah satu serangga yang paling rentan membawa penyakit.
BACA JUGA: Buah Tin dan Zaitun Disebut Bersamaan dalam Alquran, Ini Khasiatnya
Selain itu, pada lanjutan hadits tersebut ditemukan keterangan, "karena di salah satu sayapnya terdapat penyakit dan di sayapnya yang lain terdapat obat."
Coba sesekali perhatikan bagaimana lalat hinggap. Setiap kali hinggap di satu tempat, lalat hanya menggunakan satu sayapnya dengan sangat hati-hati meski sebenarnya lalat tidak pernah hinggap di tempat yang akan menjebaknya, seperti madu misalnya. Otak lalat yang renik, ternyata telah diprogram oleh Allah untuk membuat lalat mampu menghindari hal-hal yang berbahaya.
"Uniknya, meski lalat mampu menjaga 'kesehatan' dirinya dengan baik, tapi ternyata serangga ini juga dapat membawa berbagai jenis kuman penyakit berbahaya bagi manusia seperti tifus, kolera, dan disentri," tulis Muhammad Gethullah Gulen dalam buku itu.
Dengan demikian, terbukti ilmu pengetahuan manusia modern telah tertinggal oleh pengetahuan Rasulullah yang menyatakan "di salah satu sayap lalat terdapat penyakit dan di sayapnya yang lain terdapat obat." Berabad-abad setelah Rasulullah wafat, barulah para sarjana modern mengetahui pernyataan Rasulullah itu benar adanya.
BACA JUGA: Apa Hukum Sholat Jumat di Jalan Raya?
Jadi, jika kemudian ada yang menolak hadits ini hanya disebabkan keberadaan Abu Hurairah r.a. dalam sanadnya, atau karena kandungan isinya tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan modern, maka hal itu adalah sebuah kecerobohan yang seharusnya tidak boleh dilakukan.
Sejatinya, keberadaan obat dan penyakit di sayap lalat bukanlah sesuatu yang luar biasa. Hal serupa juga dimiliki serangga lain seperti kalajengking dan lebah.
Ketika seseorang disengat kalajengking, bekas sengatan tersebut bisa diobati dengan membalurkan tubuh kalajengking yang menyengatnya setelah dihaluskan terlebih dulu. Pada lebah pun demikian, lebah mengandung madu yang menyehatkan dan juga sengat yang dapat membuat kita sakit.
BACA JUGA: Kisah Maulana Malik Ibrahim Dituduh Gunakan Sihir saat Sholat Minta Hujannya Terkabul
Editor: Emhade Dahlan