Kamis 19 Dec 2024 18:35 WIB

Mulanya Syekh Hasan al-Bashri Menjadi Sufi

Inilah kisah Syekh Hasan al-Bashri sebelum jadi sufi.

Syekh Hasan al-Bashri (ilustrasi).
Foto: Republika
Syekh Hasan al-Bashri (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasan al-Bashri adalah seorang sufi besar dalam sejarah Islam. Alim ini lahir di Madinah al-Munawwarah pada tahun 21 H atau sekitar tahun 642 M. Sahabat Nabi, Umar bin Khattab, pernah mendoakannya agar kelak menjadi orang yang pandai dalam agama.

Seperti diceritakan Fariduddin Attar dalam Tadzkiratul Auliya, Hasan al-Bashri sebelum dikenal sebagai seorang ulama-sufi berprofesi sebagai pedagang. Ada banyak komoditas yang dijualnya, tetapi yang paling utama ialah perhiasan, semisal mutiara atau permata.

Baca Juga

Bisnisnya berkembang pesat. Pamornya sebagai pengusaha sukses pun masyhur hingga ke luar negeri.

Pada suatu ketika, Hasan melakukan perjalanan bisnis dari Irak hingga ke wilayah Romawi Timur atau Bizantium. Sesampainya di kota tujuan, dia disambut para pejabat lokal, termasuk seorang menteri. Keesokan harinya, sang menteri mengajaknya untuk turut serta dalam rombongan kerajaan.

“Jika engkau suka, kita akan pergi ke suatu tempat,” kata pejabat Bizantium itu. Hasan pun menuruti ajakan itu tanpa ragu.

Maka seharian itu, pengusaha asal Basrah tersebut membersamai kelompok kecil yang dipimpin sang perdana menteri. Setelah berjam-jam lamanya, mereka akhirnya tiba di padang pasir. Rombongan ini berhenti kira-kira 100 meter dari titik tujuan, yakni sebuah kemah yang berukuran sedang.

Dari kejauhan, sudah tampak betapa istimewa tempat tinggal semipermanen tersebut. Hasan diberi tahu tentang tenda itu. Tali temalinya terbuat dari sutra. Adapun pancang-pancangnya yang menancap ke tanah berbahan dasar emas. Perdana menteri yang menemaninya itu lantas memintanya tetap berdiri, tidak langsung menuju ke kemah tersebut.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Selang beberapa waktu kemudian, datanglah sekelompok pasukan. Mereka terlihat mengelilingi tenda unik itu. Komandannya tampak berkata-kata sejenak ke arah dalam kemah, lantas memimpin anak buahnya lagi untuk pergi.

Tak lama kemudian, datanglah kira-kira 500 orang cendekiawan. Rombongan alim ulama itu juga melakukan tindakan yang persis seperti para prajurit tadi. Setelah urusannya selesai, mereka pun beranjak pergi. Selanjutnya, Hasan menyaksikan kaisar dan para pengawalnya mendekati kemah tersebut.

Sesudah mereka semua hilang dari pandangan, sang perdana menteri mempersilakan Hasan untuk mendekati tenda itu. Ternyata, di dalamnya terdapat sebuah kuburan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement