Kamis 02 Jan 2025 11:40 WIB

Tingkatkan Produktivitas, Kementan Siapkan 90 Ribu Ton Benih Unggul Padi dan Jagung

Pemerintah optimistis dapat meningkatkan ketahanan pangan Indonesia.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah petani menebar bibit padi dengan sistem tanam benih langsung (tabela) di Kecamatan Ranomeeto, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Sabtu (8/6/2024). Petani di daerah itu memilih melakukan penanaman padi dengan sistem tabela karena biayanya relatif lebih murah dengan waktu kerja lebih cepat.
Foto: ANTARA/Andry Denisah
Sejumlah petani menebar bibit padi dengan sistem tanam benih langsung (tabela) di Kecamatan Ranomeeto, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Sabtu (8/6/2024). Petani di daerah itu memilih melakukan penanaman padi dengan sistem tabela karena biayanya relatif lebih murah dengan waktu kerja lebih cepat.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan 90 ribu ton benih unggul padi dan jagung untuk mencakup 3,7 juta hektare pada tahun 2025. Hal ini disampaikan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono.

Langkah demikian diambil guna meningkatkan produktivitas pangan nasional dan mendukung program pemerintah dalam mengurangi impor beras. Wamentan menyatakan, penyediaan benih unggul ini akan difokuskan pada daerah-daerah dengan indeks pertanaman (IP) yang masih rendah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil panen dan mendukung ketahanan pangan di seluruh Indonesia.

Baca Juga

"Pada tahun 2025, Kementan telah menganggarkan lebih dari 3 juta hektar untuk benih padi, sementara sisanya akan disiapkan untuk benih jagung,” katanya sosok yang akrab disapa Mas Dar itu, dalam keterangan resmi Kementan, dikutip Kamis (2/1/2025).

Ia menambahkan, penyediaan benih unggul dapat meningkatkan produktivitas padi, 15 hingga 20 persen. Oleh karena itu, Kementan berfokus pada distribusi benih berkualitas untuk petani di seluruh tanah air.

Wamentan juga mendorong Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menyerap hasil panen petani, terutama di Provinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu lumbung pangan nasional. Menurutnya, serapan hasil panen sangat penting untuk menjaga kestabilan harga pangan dan melindungi petani dari fluktuasi harga pascapanen.

"Bulog harus memastikan serapan gabah petani, terutama di Jawa Tengah, sehingga harga pascapanen dapat tetap stabil. Ini adalah langkah penting agar petani tidak merugi,” ujar Sudaryono.

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengungkapkan pada 2025 Indonesia tidak akan mengimpor sejumlah bahan pangan, termasuk beras, garam, dan gula. Menurut Menko Pangan, serapan beras dari petani akan sepenuhnya ditampung oleh Bulog, sesuai instruksi Presiden.

“Kita akan menghentikan impor beras dan bahan pangan lainnya. Bulog akan menyerap semua gabah dan jagung yang diproduksi oleh petani untuk menjaga stabilitas harga,” ujar Zulhas.

Dengan langkah ini, pemerintah optimistis dapat meningkatkan ketahanan pangan Indonesia. Dengan demikian bisa mengurangi ketergantungan pada impor, dan mendukung kesejahteraan petani di seluruh negeri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement