Kamis 02 Jan 2025 14:14 WIB

Mengenal Jenis-Jenis Perpustakaan Dalam Peradaban Islam

Ada lima jenis perpustakaan era peradaban Islam menurut pakar.

ILUSTRASI Ilmuwan Muslim di perpustakaan Baitul Hikmah, Baghdad.
Foto: dok wiki
ILUSTRASI Ilmuwan Muslim di perpustakaan Baitul Hikmah, Baghdad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perpustakaan adalah jantung institusi pendidikan. Tanpa adanya perpustakaan, aktivitas belajar-mengajar akan hampa dari sumber-sumber yang bermutu.

Peradaban Islam menjunjung tinggi kegiatan intelektual. Bahkan, agama inilah yang merintis kebangkitan dunia modern, yang dampaknya meluas ke seluruh penjuru dunia.

Baca Juga

Prof Raghib as-Sirjani dalam Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia (2009) mengklasifikasi perpustakaan dalam konteks peradaban Islam. Pertama, perpustakaan akademi.

Sepemahamannya, jenis inilah yang paling masyhur. Contohnya adalah Bayt al-Hikmah di Baghdad. Sifat akademis tampak dari fungsi perpustakaan ini yang tidak sekadar mengoleksi beragam buku-buku atau artefak-artefak berharga, melainkan juga pusat studi dan aktivitas penerjemahan. Para sarjana dari beragam bangsa dan agama, baik Muslim maupun non-Muslim, aktif di sana. Perpustakaan akademi juga bukti keberpihakan penguasa Muslim setempat terhadap budaya literasi.

Kedua, perpustakaan khusus. Jenis ini lebih bersifat swasta, alih-alih publik. As-Sirjani menjelaskan, di era kejayaan Islam, banyak ilmuwan Muslim yang memiliki perpustakaan dengan koleksi yang berlimpah. Tidak sedikit pula tokoh-tokoh Muslim yang meyakini derajat sosialnya terangkat bilamana mendirikan perpustakaan besar. Di antara mereka adalah Khalifah al-Muntashir dari Dinasti Abbasiyah, al-Fatah bin Khaqan, Ibnu al-Amid, dan Abu Matraf.

Meskipun hanya berkuasa enam bulan lamanya, Khalifah al-Muntashir merupakan pemimpin populer di tengah rakyat. Dukungannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan begitu besar, termasuk dengan mendirikan perpustakaan. Selanjutnya, Ibnu Khaqan dikenal sebagai politikus ulung dan juga pencinta ilmu pengetahuan.

Mantan gubernur Mesir dan Suriah pada zaman Abbasiyah itu memiliki perpustakaan megah di pusat kota Samarra (Irak). Sementara itu, Ibnu al-Amid merupakan pakar tata kota dari Persia. Sosok yang wafat pada 970 itu mendirikan perpustakaan besar di Ray yang pengelolanya antara lain adalah filsuf Ibnu Miskawaih. Adapun Abu Matraf mempunyai perpustakaan pribadi di Andalusia dengan banyak koleksi langka pada zamannya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement