Senin 17 Feb 2025 05:21 WIB

Perlu Introspeksi Berjamaah, Toto: Saatnya Presiden Prabowo Pimpin Taubat Nasional

Tidak perlu malu mengakui dosa dan kesalahan seraya memohon ampunan.

Ketua Umum Ikatan Alumni Pondok Pesantren Ibadurrahman YLPI Tegallega Sukabumi, Jawa Barat, Toto Izul Fatah, mengajak ada taubat nasional yang dipimpin Presiden Prabowo.
Foto: istimewa/doc humas
Ketua Umum Ikatan Alumni Pondok Pesantren Ibadurrahman YLPI Tegallega Sukabumi, Jawa Barat, Toto Izul Fatah, mengajak ada taubat nasional yang dipimpin Presiden Prabowo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Berbagai persoalan yang sedang melanda bangsa Indonesia saat ini, baik di pemerintahan maupun di masyarakat,  tak cukup direspon dengan ikhtiar lahir yang saintifik. Tapi, perlu juga direspon dengan ikhtiar batin yang bersifat teologis, teleologis dan eskatologis. 

Hal ini disampaikan Ketua Umum Ikatan Alumni Pondok Pesantren Ibadurrahman YLPI Tegallega Sukabumi, Jawa Barat, Toto Izul Fatah, menanggapi mencuatnya berbagai persoalan bangsa. Baik, yang terjadi di pemerintahan, seperti minimnya keuangan negara, praktik korupsi yang menggurita, konflik sosial, keresahan sosial, dan sejumlah kasus penderitaan rakyat lainnya. Termasuk, soal  musibah alam di beberapa daerah.

“Hal ini harusnya menggugah kesadaran kolektif kita, bahwa ada yang salah dalam diri kita, baik pemimpinnya, para penegak hukumnya, para wakil rakyatnya, para pengusahanya, para pendidiknya dan tentu saja pada rakyatnya,” kata Toto, Senin (17/2/2025).

Karena itulah, lanjut Toto, sudah saatnya seluruh elemen bangsa melakukan introspeksi total berjamaah. Caranya dengan melakukan taubat nasional. Dan Presiden Prabowo sendiri yang sebaiknya  mengajak sekaligus memimpin taubat nasional tersebut.

"Ini memang kegiatan yang tidak ilmiah. Apalagi, jika dikaitkan dengan urusan negara dan pemerintahan. Padahal, disitulah justru urgensinya kita bertaubat dengan menghadirkan Tuhan pada saat berbagai upaya lahir kita gagal," kata peneliti senior di LSI Denny JA ini.

Dalam pandangan Toto, segala macam carut marut di negeri ini bukan mustahil akibat para pemimpin dan rakyatnya semakin jauh dari Tuhan. Toto mengajak kepada semua pihak, baik pemimpinnya, para wakil rakyatnya, para penegak hukumnya, pengusahanya dan seluruh rakyat Indonesia untuk tidak malu mengakui dosa dan kesalahan seraya memohon ampunan.

"Itulah yang dimaksud dengan taubat. Yaitu, meminta ampunan kepada Allah atas berbagai dosa kita,  apakah dosa korupsi, menipu, dzolim, menindas, serakah dan lain-lain. Kalau Allah sudah mengampuni, pasti Allah akan memberi apa yang kita mau. Jadi tak perlu mengajari Tuhan, karena Tuhan itu Maha Tahu," ungkapnya.

Toto mengaku khawatir jika bangsa ini tak segera melakukan taubat nasional, berbagai kesulitan, penderitaan, kekacauan dan musibah alam akan terus menimpa.  Karena itu, Toto menyarankan kepada semua pihak untuk tidak perlu gengsi melibatkan Tuhan dalam urusan kehidupannya. Termasuk dalam kehidupan bernegara. 

Kalau memang berbagai upaya lahir sudah dilakukan dan masih berlum berhasil, tak perlu malu untuk meminta bantuan Tuhan. "Minta bantuan ke negara lain seperti ke Timur Tengah, ke Eropa dan ke China kita tidak malu. Masa minta bantuan ke Tuhan kita gengsi. Padahal, setiap bantuan dari mereka itu pasti tidak gratisan alias ada timbal baliknya. Giliran minta bantuan kepada Tuhan yang gratis, cuma bertaubat saja, tidak mau," ungkap Toto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement