REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah terus mendorong program hilirisasi nikel sebagai bagian dari strategi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen sebagaimana diamanatkan dalam Asta Cita.
Salah satu yang sedang diperkuat oleh pemerintah yakni dukungan dari perbankan nasional untuk mendanai proyek smelter di tanah air.
Presiden Prabowo Subianto secara resmi telah meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara pada Senin, 24 Februari 2025, di Istana Kepresidenan, Jakarta. Nantinya, Danantara akan berfokus pada sektor hilirisasi mineral hingga pembangunan pusat data kecerdasan buatan.
Prabowo mengungkap akan mengalokasikan gelombang pertama investasi di Danantara senilai 20 miliar dolar AS untuk sekitar 20 proyek strategis nasional.
“Kurang lebih 20 proyek strategis bernilai miliaran dolar akan difokuskan pada hilirisasi nikel, bauksit, tembaga, pembangunan pusat data kecerdasan buatan, kilang minyak, pabrik petrokimia, produksi pangan dan protein, akuakultur, serta energi terbarukan,” kata Prabowo dalam pidato peresmian Danantara.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno mengungkapkan bahwa di Indonesia sudah ada satu fasilitas pemurnian atau smelter nikel yang mendapat dukungan pembiayaan dari perbankan nasional.
Smelter tersebut milik PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria Group) yang menggunakan pendanaan dari PT Bank Mandiri Tbk. "Sudah ada, setahu saya smelter nikel milik Ceria Group yang menggunakan pendanaan dari beberapa bank," ujarnya Selasa, 25 Februari 2025.
Adapun, Ceria Nugraha Indotama merupakan perusahaan pertambangan nikel terintegrasi yang beroperasi di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan luas Wilayah Izin Usaha Pertambangan mencapai 6.785 hektare.
Pada 2019, Ceria memulai komitmen untuk agenda hilirisasi lewat peletakan batu pertama smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Rectangular. Lalu pada 2020, pemerintah menetapkan smelter RKEF Rectangular dan pabrik HPAL milik Ceria sebagai Proyek Strategis Nasional.
Dua tahun setelahnya, tepatnya pada 2022, Ceria memperoleh dukungan kredit sindikasi fasilitas term loan pembiayaan dari sejumlah perbankan. Pembiayaan itu dipimpin oleh Bank Mandiri dengan anggota Bank Jabar Banten (BJB) dan Bank Sulawesi Selatan Barat (Bank Sulselbar). Dalam perjanjian pembiayaan sindikasi itu, Ceria mendapat total pendanaan 277,69 juta dolar AS dalam bentuk fasilitas term loan untuk mendukung pembangunan dan operasional pabrik smelter feronikel RKEF line 1 dan fasilitas pendukungnya di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Posisi strategis proyek smelter milik Ceria Group jadi salah satu pertimbangan perbankan nasional untuk menyalurkan kredit. Perusahaan tersebut juga tercatat berhasil meningkatkan kontribusi kepada negara dalam hal berbagai jenis pajak untuk pemerintah pusat maupun daerah, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), hingga royalti.
Direktur Operasional PT Ceria Nugraha Indotama Yusram Rantesalu mengungkapkan kontribusi pajak yang disetor perusahaan kepada negara tercatat mengalami kenaikan lebih dari 100 persen, dari Rp 150 miliar menjadi lebih dari Rp 300 miliar.
"Hal ini menegaskan peran perusahaan dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat lokal. Peran Ceria juga sangat berdampak dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Wolo dengan tidak adanya tingkat miskin ekstrem," ujar Yusram.
Sementara itu, Tim Bank Mandiri dan Mandiri Tunas Finance mengapresiasi kesiapan Smelter ‘Merah Putih’ Ceria yang saat ini memasuki tahap persiapan Project Commercial Operation Date (PCOD) pada kunjungan lapangan mereka ke site Ceria di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, pada 19 – 21 Februari 2025.
Kunjungan ini merupakan bagian dari observasi mendalam tim Bank Mandiri terhadap perkembangan proyek Smelter 'Merah Putih' yang dijadwalkan akan segera beroperasi dalam waktu dekat.
Perwakilan Bank Mandiri turut melihat berbagai area proyek, termasuk Smelter RKEF Line 1 (Smelter 'Merah Putih'), area pertambangan, Jetty Wolo, fasilitas alat berat dan workshop, serta berbagai infrastruktur pendukung lainnya. Kunjungan ini juga menjadi momentum penting untuk memperdalam kolaborasi strategis antara Ceria Group dan Bank Mandiri.
Kedua pihak optimis bahwa kerja sama yang telah terjalin selama ini dapat memperkuat hubungan bisnis, sekaligus membuka peluang baru dalam mendukung pengembangan industri serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi, baik di tingkat lokal maupun nasional.
“Dengan optimisme yang tinggi, Ceria Group berkomitmen untuk terus berkontribusi bagi kemajuan industri nikel serta perekonomian Indonesia secara keseluruhan,” imbuh Yusram.