REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Greenpeace menyoroti peran prinsip agama bisa memaksimalkan dorongan pada aksi iklim. Keuangan syariah sejak awal didesain memegang prinsip perlindungan pada bumi, modelnya berkeadilan dan ramah lingkungan.
Keuangan syariah menonjol sebagai model yang memastikan struktur keuangan mendorong keadilan, kesejahteraan bersama, dan keadilan iklim. Keuangan syariah mengalihkan investasi dari bahan bakar fosil ke aksi iklim, sehingga dapat mempercepat transisi menuju masa depan yang lebih hijau dan berkeadilan.
Dalam SystemShift, podcast Greenpeace menampilkan Tariq Al-Olaimy, Penasihat Keuangan Syariah untuk Greenpeace MENA dan Anggota Dewan Penasihat untuk Dekade Restorasi Ekosistem PBB.
Keuangan syariah beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip yang selaras dengan keberlanjutan dan keadilan iklim. Model ini mencegah investasi yang merugikan, mendorong praktik keuangan etis yang berbagi risiko, dan menekankan kebaikan sosial di atas keuntungan yang tidak terkendali.
“Ini tentang memenuhi potensi kita untuk menciptakan kondisi yang berkembang bagi seluruh kehidupan. Inilah yang diajarkan oleh semua agama,” kata Tariq.
Ini adalah peluang unik. Alih-alih mempertahankan model ekonomi ekstraktif dan eksploitatif yang membawa dunia ke krisis ini, keuangan syariah menawarkan alternatif yang dibangun atas dasar kerja sama, regenerasi, dan penghormatan terhadap batas-batas Bumi.
“Alam adalah tentang menghormati batas planet. Ini tentang batasan yang dioptimalkan untuk kemakmuran seluruh kehidupan. Dan ekonomi kita tidak bekerja seperti itu,” tambahnya.
Industri keuangan syariah global mengelola aset sekitar 4 triliun dolar AS, dan angka ini diproyeksikan tumbuh menjadi 6,7 triliun dolar AS pada tahun 2027. Jika lima persen dari aset ini dialihkan ke energi terbarukan dan efisiensi energi saja, maka dapat membuka sekitar 4 miliar dolar AS untuk pendanaan iklim pada tahun 2030.
