REPUBLIKA.CO.ID, Javad Zarif, pembantu presiden berpengaruh untuk urusan strategis luar negeri Iran sekali lagi mengajukan pengunduran dirinya. Pengunduran itu menurut Middle East Eye merupakan sebuah pukulan telak bagi presiden Iran yang baru terpilih, Masoud Pezeshkian,
Pengunduran diri Javad Zarif telah memicu spekulasi bahwa diplomat tertinggi Iran itu dipaksa mengundurkan diri,
Sampai saat ini, Pezeshkian belum menerima langkah yang diambil Zarif. Namun pengumuman itu muncul beberapa jam setelah pemakzulan di parlemen terhadap Abdolnaser Hemmati, menteri ekonomi.
Pemecatan Hemmati dan pengunduran diri Zarif yang dilakukan secara bersamaan - dua tokoh kunci dalam pemerintahan Pezeshkian - dalam rentang waktu kurang dari 24 jam telah menuai reaksi luas di Iran.
Zarif, yang menjabat sebagai diplomat tertinggi Iran dari tahun 2013 hingga 2021 di bawah presiden moderat Hassan Rouhani, memainkan peran penting dalam kampanye pemilihan Pezeshkian dan merupakan bagian integral dari kemenangannya.
Seorang tokoh yang sangat dihormati, Zarif memperoleh pengakuan internasional selama negosiasi intensif yang mengarah pada perjanjian nuklir 2015/
Dalam sebuah posting di X, Zarif menjelaskan keputusannya untuk mengundurkan diri. "Kemarin, saya diundang untuk bertemu dengan kepala peradilan yang terhormat. Ia menyarankan saya, mengingat keadaan negara saat ini, untuk kembali ke dunia akademis guna mencegah tekanan lebih lanjut pada pemerintah."
Zarif menggambarkan pengunduran dirinya sebagai akibat "ditendang keluar" dan menyesalkan bahwa, sejak dimulainya pemerintahan baru, ia telah menanggung 'hinaan, fitnah, dan ancaman yang paling merendahkan'. Ia telah mengalami periode paling pahit dari empat puluh tahun menjabat sebagai pelayan publik.
View this post on Instagram