Jumat 07 Mar 2025 16:06 WIB

Rupiah Berpotensi Kembali ke Rp 15 Ribu, Ini Syaratnya 

Sejumlah faktor eksternal masih menjadi tantangan besar bagi stabilitas rupiah.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan penguatan yang signifikan dalam beberapa hari terakhir. (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan penguatan yang signifikan dalam beberapa hari terakhir. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan penguatan yang signifikan dalam beberapa hari terakhir. Meski demikian, sejumlah faktor eksternal masih menjadi tantangan besar bagi stabilitas rupiah.  

Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, menilai salah satu faktor yang dapat membatasi penguatan rupiah adalah kebijakan perdagangan AS, khususnya terkait tarif impor yang berpotensi memicu perang dagang. Kondisi ini dapat berdampak pada arus modal dan permintaan dolar AS di pasar global.  

Baca Juga

Namun, dari dalam negeri, ada kebijakan yang berpotensi mendukung stabilitas rupiah, salah satunya kewajiban parkir Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) yang baru diberlakukan bagi eksportir. Kebijakan ini diharapkan bisa memperkuat cadangan devisa Indonesia dan menjaga keseimbangan pasokan valuta asing di dalam negeri.  

“Sehingga kami melihat bahwa ada kombinasi di sana, bahwa ada tantangan dari eksternal, namun kebijakan dalam negeri dan juga bagaimana upaya-upaya untuk meningkatkan dari sisi nilai tambah, ekspor melalui program prioritas pemerintah juga, melalui program digitalisasi, ini diharapkan akan bisa meningkatkan suplai valas dalam negeri,” ujar Josua dalam Public Expose Permata Bank di Jakarta, Jumat (7/3/2025).

Keberhasilan kebijakan DHE SDA akan menjadi faktor kunci bagi pergerakan rupiah ke depan. Josua memperkirakan dalam jangka pendek, rupiah masih akan bergerak di kisaran Rp16.000 per dolar AS.  “Tapi itu subject to lagi bagaimana perkembangan dari sisi kebijakan DHE. Kalau kebijakan DHE ini berhasil ya, sesuai dengan harapan pemerintah, di mana ada tambahan devisa, let’s say misalkan 60 miliar dolar AS sampai dengan 80 miliar dolar AS di tahun ini saja, tentunya ini akan bisa mendorong ataupun bisa memberikan data positif pada rupiah,” jelasnya.  

Pada perdagangan 6 Maret 2025, rupiah sempat menyentuh level Rp16.250 per dolar AS, posisi terkuat dalam dua minggu terakhir. Dalam empat hari, mata uang Garuda berhasil menguat lebih dari 300 poin dari Rp 16.575 per dolar AS pada 28 Februari 2025.  

Penguatan rupiah ini juga didukung oleh pelemahan indeks dolar AS (DXY), yang per 5 Maret 2025 berada di posisi 104,3-level terendah dalam empat bulan terakhir. Jika tren ini berlanjut, rupiah berpotensi kembali menguji level Rp 15 ribu per dolar AS, asalkan dukungan dari kebijakan domestik dan kondisi global tetap kondusif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement