REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Nasaruddin Umar ingin Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) turut terlibat dalam menyukseskan program prioritas Kementerian Agama pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
"Kami mohon masukan sekaligus dukungan," ujar Menag Nasaruddin Umar saat berkunjung ke Kantor PBNU, Jakarta, Selasa.
Dalam pertemuan tersebut, Menag bertemu dengan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dan Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf. Dalam pertemuan ini, Kemenag juga memberikan dana sosial kelembagaan kepada PBNU.
Kepada jajaran PBNU, Menag menyampaikan empat program Kementerian Agama yang sedang dilakukan, yaitu kurikulum cinta, kerukunan umat beragama, nasionalisme, dan penguatan ekoteologi.
"Kami menggagas kurikulum cinta yang bertujuan membangun toleransi sejati di Indonesia sejak di sekolah. Diharapkan tidak ada lagi guru yang mengajarkan kebencian," ujar Menag.
Imam Besar Masjid Istiqlal itu juga menyoroti pentingnya ekoteologi, yaitu pendekatan teologis yang ramah lingkungan.
"Ke depan, kita harus menciptakan bahasa yang lebih ramah terhadap lingkungan, baik dalam ceramah maupun materi-materi pendidikan," kata dia.
Tak hanya soal lingkungan, Menag juga menekankan bahwa nasionalisme harus diperkuat dengan pendekatan keagamaan.
"NU telah mewariskan tradisi bahwa nasionalisme adalah bagian dari iman, sebagaimana prinsip hubbul wathon minal iman," ujarnya.
Kementerian Agama juga berencana menggagas poros budaya yang kuat bagi bangsa yang majemuk dengan mengedepankan kerukunan umat. Menurut menag, kekuatan Indonesia adalah kerukunannya.
Saat ini, Indonesia menjadi negara paling rukun di tengah kemajemukan suku dan agamanya. Meski demikian, ia menganggap bahwa masih perlu penguatan dengan sikap toleransi yang saat ini terjadi.
"Jadi jangan sampai toleransi kita bukan hanya sekadar hidup berdampingan, tetapi juga saling menyayangi," ujar Menag.
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menyambut baik gagasan yang disampaikan Menag. Ia menyebut bahwa program Kemenag yang disampaikan sejalan dengan program yang sedang dijalankan PBNU, salah satunya gerakan Keluarga Maslahat NU, yang juga melibatkan kerja sama dengan Kemenag.
"Jadi ada enam matra dalam GKMNU, di antaranya ada yang terkait pendidikan, dan juga lingkungan, tentu itu sejalan," ujar Gus Yahya.
Selain itu, PBNU juga termasuk dalam forum R20 (Religion Twenty) yang menjadi forum dari berbagai negara untuk mencari solusi dari berbagai masalah yang terjadi di dunia, melalui pendekatan agama.
"Kami telah menjalankan spiritual teologi, yaitu mencari solusi atas berbagai masalah kemanusiaan melalui pendekatan keagamaan," ujar Yahya.
Ia berharap kerja sama antara PBNU dan Kemenag dapat terus terjalin secara sinergis untuk mendukung pembangunan yang lebih konstruktif bagi Indonesia.